Thursday, November 27, 2008

TAP MPA PPMI - Pengadaan SIPADU

MAJELIS PERMUSYAWARATAN ANGGOTA
KETETAPAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN ANGGOTA PPMI MESIR
NO: 05/TAP/MPA-PPMI/VIII/2008
Tentang :
PENGADAAN SISTEM DATA TERPADU (SIPADU), APLIKASI DAN MEKANISMENYA
BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM
DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA ESA,
MAJELIS PERMUSYAWARATAN ANGGOTA
PERSATUAN PELAJAR DAN MAHASISWA INDONESIA MESIR
MENIMBANG :
1. Perlu adanya tindakan konkrit dan strategis dalam merealisasikan hasil Lokakarya dukungan terhadap peningkatan prestasi mahasiswa Indonesia di Mesir
2. Pentingnya validitas data mahasiswa Indonesia Mesir untuk mempermudah proses birokrasi dan pembinaan dalam menjalani studi di Mesir
3. Perlunya kerjasama yang kongkrit dan kontinyu antara PPMI dan kekeluargaan terkhusus dalam realisasi data terpadu
4. Bahwa sehubungan dengan hal itu perlu adanya Ketetapan Majelis Permusyawaratan Anggota tentang pengadaan system data terpadu (SIPADU), aplikasi dan mekanismenya.

MENGINGAT :

1. Bab II pasal 10 Anggaran Dasar (AD) PPMI Mesir
2. Bab I pasal 6 Anggaran Rumah Tangga (ART) PPMI Mesir
MEMPERHATIKAN :
Hasil kesepakatan Lokakarya dukungan terhadap peningkatan prestasi mahasiswa di Mesir
MEMUTUSKAN :
Menetapkan :
1. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Anggota Persatuan Pelajar dan Mahasiswa Inonesia Mesir (MPA-PPMI Mesir) tentang pengadaan sistem data terpadu, yang aplikasi dan mekanismenya akan diatur pada ketentuan tersendiri
Ditetapkan di : Kairo
Hari/ Tanggal : Sabtu, 16 Agustus 2008
Pukul : 22.10
Pimpinan Majelis Permusyawaratan Anggota
Persatuan Pelajar dan Mahasiswa Indonesia
(MPA-PPMI) Mesir periode 2008-2009 M
1. M. Akhyar Rifqi (Ketua)
2. Muhammad Taufik (Wakil Ketua I)
3. Muhammad Hafidz (Wakil Ketua II)
4. M. Fuad Al Amin (Wakil Ketua III)
5. Hafiz Mukmin (Wakil Ketua IV)

TAP MPA PPMI - Larangan Pengadaan Kegiatan

MAJELIS PERMUSYAWARATAN ANGGOTA
KETETAPAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN ANGGOTA PPMI MESIR
NO: 06/TAP/MPA-PPMI/VIII/2008
Tentang :
PENIADAAN KEGIATAN PADA MASA AKTIF KULIAH MAHASISWA INDONESIA DI MESIR SELAIN KEGIATAN YANG BERSIFAT AKADEMIS DAN INTELEKTUAL
BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM
DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA ESA,
MAJELIS PERMUSYAWARATAN ANGGOTA
PERSATUAN PELAJAR DAN MAHASISWA INDONESIA MESIR
MENIMBANG :
1. Perlu adanya tindakan konkrit dan strategis dalam merealisasikan hasil Lokakarya dukungan terhadap peningkatan prestasi mahasiswa Indonesia di Mesir
2. Bahwa PPMI merupakan organisasi yang sejatinya menunjang kualitas intelektual dan sumber daya mahasiswa Indonesia di Mesir
3. Banyaknya aktifitas organisasi yang kurang sinergis terhaap kepentingan akademik dan intelektual pelajar dan mahasiswa Indonesia di Mesir
4. Pengefektifan waktu kuliah sebagai upaya meningkatkan kualitas akademik dan kapasitas khazanah keilmuan mahasiswa Indonesia di Mesir

MENGINGAT :

1. Bab I pasal 6 dan 7 ayat (1), pasal 8 ayat (1) dan (3) Anggaran Dasar (AD) PPMI Mesir
2. Bab I pasal 6 Anggaran Rumah Tangga (ART) PPMI Mesir
MEMPERHATIKAN :
Hasil kesepakatan Lokakarya dukungan terhadap peningkatan prestasi mahasiswa di Mesir
MEMUTUSKAN :
Menetapkan :
1. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Anggota Persatuan Pelajar dan Mahasiswa Inonesia Mesir (MPA-PPMI Mesir) tentang peniadaan kegiatan pada masa aktif kuliah mahasiswa Indonsia di Mesir selain kegiatan yang bersifat akademis dan intelektual

Ditetapkan di : Kairo
Hari/ Tanggal : Sabtu, 16 Agustus 2008
Pukul : 22.30
Pimpinan Majelis Permusyawaratan Anggota
Persatuan Pelajar dan Mahasiswa Indonesia
(MPA-PPMI) Mesir periode 2008-2009 M
1. M. Akhyar Rifqi (Ketua)
2. Muhammad Taufik (Wakil Ketua I)
3. Muhammad Hafidz (Wakil Ketua II)
4. M. Fuad Al Amin (Wakil Ketua III)
5. Hafiz Mukmin (Wakil Ketua IV)

Rekomendasi Sidang Umum I MPA-PPMI 2008

MAJELIS PERMUSYAWARATAN ANGGOTA
PERSATUAN PELAJAR DAN MAHASISWA INDONESIA (MPA-PPMI) MESIR
REKOMENDASI SIDANG UMUM I

DPP-PPMI :
1. Melakukan langkah strategis dan teknis dalam merealisasikan hasil lokakarya dukungan terhadap peningkatan prestasi mahasiswa Indonesia di Mesir.
2. Diharapkan agar DPP-PPMI dan BWAKM menjalankan tugas sesuai dengan peran dan fungsi masing-masing.
3. Menghapus posisi Juru Bicara (Jubir) Presiden PPMI.
4. Menindaklanjuti acara Rembug Masisir yang diadakan secara reguler untuk menyamakan persepsi antara DPP-PPMI dengan seluruh lembaga yang ada dibawahnya
5. Mengoptimalkan peran aktif dalam BKPPI.
6. Menjaga dan melestarikan seni budaya Indonesia serta buaya ketimuran Inonesia yang sesuai dengan spirit keislaman.
7. Berperan aktif dalam Majelis Tadhamun ASEAN.

Jadwal mata kuliah tingkat IV Jurusan Tafsir Fakultas Ushuluddin Univ. Al Azhar Cairo Termin I

Ahad ;1. Ushul Fiqh, 2. Tabsyir Wa Istisyraq
Senin ;1. Tabsyir Wa Istisyraq, 2. Manahij Mufassirin
Selasa ;1. Tafsir Tahlily, 2. Siroh Nabawiyyah, 3. Dakhil Fi Tafsir
Rabu ;1. Manahij Mufassirin, 2. Tafsir Tahlily, 3. Siroh Nabawiyyah
Kamis ;1. Ushul Fiqh, 2. Ushul Fiqh, 3. Dakhil Fi Tafsir

Thursday, November 20, 2008

Wanita Itu Indah

“Seorang wanita telah dilengkapi oleh Tuhan dengan keindahan jiwa dan raga adalah suatu kebenaran, yang sekaligus nyata dan maya, yang hanya bisa kita fahami dengan cinta kasih, dan hanya bisa kita sentuh dengan kebajikan”, Kata Kahlil Gibran. Ya, wanita adalah anugerah keindahan yang Tuhan berikan. Keindahan yang tercipta baik berupa materi (kecantikan, kemolekan) maupun non materi (budi pekerti). Tuhan menciptakan wanita dengan matanya yang teduh, senyum yang menenangkan, suara yang menyejukkan.

Mayoritas putra Adam ketika ditanya “apa yang menarik dari sosok wanita?”, secara naluri pastinya mereka akan memiliki ketertarikan yang lebih terhadap keindahan fisik wanita dan hal-hal yang dapat memunculkan insting seorang laki-laki. Hal ini senada dengan apa yang Allah informasikan dalam Surat Ali Imran; 14.

Masing-masing agama memiliki cara-cara yang berbeda dalam menghargai keindahan wanita. Islam sendiri menghargainya dengan mensyariatkan hijab. Sehingga keindahan tersebut tidak diumbar di sembarang tempat. Rugi, kalau yang melihatnya gratis. Pakai mahar atuh!

Laki-laki memiliki kecenderungan untuk menyukai hal-hal tersebut di atas. Dari kecenderungan inilah yang kemudian oleh kaum kapitalis dimanfaatkan sebagai sebuah peluang usaha. Usaha dalam eksploitasi keindahan fisik wanita (mengkomoditikan barang-barang pornografi). Atau bahasa kasarnya, memperdagangkan tubuh wanita. Sesuatu yang seharusnya menjadi bagian dari keindahan ciptaan Tuhan, justru berubah menjadi virus yang menggerogoti moral umat.

Indonesia termasuk negara yang belum memiliki regulasi khusus tentang pornografi. Sebagai warga negara yang bermoral dan bermartabat, tentunya kita perlu mendukung upaya penyelamatan bangsa dari barang-barang pornografi dan pornoaksi. Galang aksi dukungan pengesahan RUU Pornografi & Pornoaksi! Allahu Akbar!(26 Oktober 2008)

Saturday, July 26, 2008

Agenda PPSU (Panitia Persiapan Pemilu Raya dan Sidang Umum) PPMI (Persatuan Pelajar dan Mahasiswa Indonesia) di Mesir

1. Tanggal 21 Juli - 28 Juli 2008 : Pendaftaran Calon Presiden PPMI dan Wapres
2. Tanggal 29 Juli 2008 : Screening Calon
3. Tanggal 30 Juli - 9 Agustus 2008 : Masa Kampanye
4. Tanggal 4 Agustus 2008 : Debat Kandidat di Provinsi Zaqazik, Manshura, Thanta, Tafahna
5. Tanggal 7 Agustus 2008 : Debat Kandidat di Kairo
6. Tanggal 10 Agustus 2008 : Sidang Umum II MPA PPMI & Sidang Pleno IV BPA PPMI
7. Tanggal 13 Agustus 2008 : Pemungutan Suara
8. Tanggal 15 Agustus 2008 : Sidang Umum I MPA PPMI & Sidang Pleno I BPA PPMI

Friday, May 16, 2008

Tadabbur 1 “Jangan Berfikir Linear”

Kita sering kali terjebak dalam fikiran linear. Memandang segala sesuatu secara lurus. Sebuah permasalahan A harus diselesaikan dengan solusi A juga. Lapar harus diseleasaikan dengan makan. Ngantuk harus diselesaikan dengan tidur. Marah harus diselesaikan dengan berteriak. Seolah olah itu merupakan pilihan hidup kita. Merupakan hasil yang tak mungkin terelakkan.

“Keputusan yang saya ambil sangat tepat”

“Ini yang paling benar”

“Solusi ini yang paling relevan”

Seolah-olah kita yang paling benar.

Saya ambil sebuah sample sebuah gerakan yang selalu saja menggunakan cara-cara kekerasan dalam melenyapkan kemaksiatan, kemungkaran, kekufuran, dll. Disatu sisi saya sependapat dengan gerakan tersebut. Saya benci kemaksiatan, kemungkaran, kekufuran. Disisi lain sering kali saya merasa risih dengan cara yang mereka lakukan untuk memberangus semua itu. Apakah cara-cara kekerasan merupakan satu-satunya solusi? Yang perlu kita berantas itu bukanlah semata mata materi kemaksiatan, dsb, namun lebih dari itu adalah mental-mental mereka yang berbuat kemungkaran. Ada banyak solusi dalam menyelesaikan segala perkara.

Coba anda simak kisah dalam al-Quran dibawah ini;

“Dan (ingatlah kisah) Daud dan Sulaiman, di waktu keduanya memberikan keputusan mengenai tanaman, karena tanaman itu dirusak oleh kambing-kambing kepunyaan kaumnya. Dan adalah Kami menyaksikan keputusan yang diberikan oleh mereka itu. Maka Kami telah memberikan pengertian kepada Sulaiman tentang hukum(yang lebih tepat): dan kepada masing-masing mereka telah Kami berikan hikmah dan ilmu dan telah Kami tundukkan gunung-gunung dan burung-burung, semua bertasbih bersama Daud. Dan Kamilah yang melakukannya.” (QS. Al Anbiya’ :78-79)

Suatu ketika ada 2 orang yang bersengketa, kemudian mengadu kepada Nabi Daud (nabi dan raja zaman tersebut). Katakan yang satu namanya si A dan yang lain si B. Si A merupakan seorang penggembala kambing, sedangkan si B adalah seorang petani ladang. Si B menceritakan suatu malam kambing gembalaan si A telah merusak tanamannya. Bagaimana sang nabi memberikan solusi? Barangkali sama seperti dalam benak anda. Si A harus mengganti kerusakan yang telah diderita si B.

Keduanyapun tentunya menerima keputusan dengan lapang dada. Memang lumrahnya seperti itu. Yang merusak maka harus mengganti. Ketika hendak pulang, keduanya bertemu dengan nabi Sulaiman. Kemudian mereka menceritakan putusan dari nabi Daud. Keduanyapun dibawa oleh nabi Sulaiman kembali menghadap nabi Daud. Kemudian nabi Sulaiman menawarkan solusi yang berbeda. Nabi Sulaiman berkata; “serahkan kambing tersebut kepada sang pemilik ladang supaya dimanfaatkan olehnya, kemudian berikan ladang yang telah rusak tersebut kepada sang penggembala sehingga kembali seperti sedia kala.”

Wednesday, May 14, 2008

Selalu ada jalan untuk mencapai tujuan

Masih berusaha menguak memeori yang ada di otak ini. Sambil mengingat-ingat kejadian masa lampau yang bisa dijadikan ibrah untuk sekarang ini.

3 tahun yang lalu, ketika masih di kota Solo. Menjelang keberangkatanku ke negeri seribu menara ini. Aku banyak berkunjung ke beberapa tempat. Mengambil setiap petuah dari perjalanan hidup ini. Sungguh menarik. Menyimak petuah yang mereka sampaikan.

Pertengahan tahun 2005, tepatnya aku lupa. Aku berkunjung ke rumah seorang alim. Beliau merupakan keturunan bangsa Arab. Nampak dari wajahnya sesosok manusia yang bijaksana. Aku banyak mendapatkan petuah dalam menghadapi hidup ini. Banyak sekali. Kata-kata beliau yang aku ingat; “man sâra ila darbi washala”. Kurang lebih pengertiannya, barang siapa yang memiliki keyakinan sampai kepada sebuah titik tujuan, maka ia akan mencapainya.

Ketika mendengar petuah tersebut, barang kali aku hanya bisa merekamnya dalam ingatanku. Tanpa ingin lebih mengetahui makna yang terkandung dalam kata-kata tersebut lebih dalam.

Kata-kata beliau tersebut hampir persis dengan kejadian yang aku alami 9 tahun yang lalu, tahun 1999. Ketika aku masih duduk di bangku kelas 1 SMP. Waktu itu setelah penerimaan rapor catur wulan 1, sekolahan kami mengadakan kemah bakti di desa Karanglo Tawangmangu yang letaknya sangat jauh dari kota kami.

Segala macam perlengkapan sudah kami persiapkan jauh-jauh sebelum hari-H. Dari perlengkapan pribadi masing-masing, hingga perabot ringan dapur, sampai dengan hal-hal kecil semisal senter, korek api,dll. Semoga ini memang merupakan bakti kami untuk desa yang akan kita jadikan tempat berkemah.

Selepas penerimaan rapor, seluruh siswa dikumpulkan di lapangan untuk mendapatkan pengarahan persiapan keberangkatan. Setelah selesai, mereka bubar ke kelas masing-masing sambil menunggu bus jemputan. 2 jam, kami mencoba menunggu bus yang tak kunjung datang. Bosan kami terus lama menanti. “Duh, sudah adzan Dhuhur kok busnya belum nongol juga, ya!” gumamku. Kemudian aku dan salah satu teman, Fauzan namanya, berinisiatif untuk menjalankan sholat dhuhur di masjid. Tanpa menghiraukan himbauan dari teman-teman yang lain, aku dan Fauzan segera bergegas menuju masjid.

Setibanya aku di sekolah, orang-orang telah lenyap. Barang kali bus-bus jemputan telah datang. Duh, terlambat deh guwe. Kenapa juga tadi tidak menghiraukan saran dari teman-teman untuk sabar menunggu. Hanya selisih beberapa menit, semua bayanganku tentang apa yang akan aku lakukan diperkemahan tiba-tiba menghilang. Badanku lemas. Rasanya aku harus segera pulang untuk membaringkan badan.

Di sekolah hanya tinggal seorang tukang kebun. Aku mencoba menanyakan perihal lokasi perkemahan. Barang kali aku bisa menyusulnya. Sama sekali tidak ada gambaran dalam otak ini dimana lokasi desa Karanglo Tawangmangu. Sungguh sama sekali aku belum pernah kesana. Dengan berbekal petunjuk untuk naik bus jurusan Solo-Tawangmangu, aku mencoba untuk nekat berangkat menyusul.

Sunggung nekat. Tapi tak mengapa lah. Seorang bijak mengatakan; “idza shaduqal ‘azmu wadhaha sabilu”, yaitu apabila keyakinan telah menetap dalam hati ini, maka jalan akan terbuka. Walau waktu itu aku belum tahu pepatah semacam itu. Yang aku tahu hanyalah nekat dan nekat.

Barang kali di umurku yang ke-13, Allah hendak mengujiku dengan tantangan ini. Apakah aku hanya sebagai pecundang yang tak punya nyali untuk menjalani hidup ini atau justru sebagai seorang pejantan tangguh (kata sheila on 7).

Setelah sekian lama menunggu bus yang yang tak kunjung datang, akupun mulai gelisah dan mencoba untuk mengurungkan niatku menyusul ke lokasi perkemahan. Namun, takdir barang kali hendak berbicara lain. Tak lama setelah itu datanglah bus yang kami tunggu-tunggu. Dengan bekal biaya secukupnya kamipun segera meluncur ke kota Tawangmangu. Sejuta bayangan dan harapan tersimpan dalam benak kami. Saya pasti bisa menyusul teman-teman. Dan saya pasti sampai pada tujuan.

Dua jam kemudian kami memasuki kawasan kota Karanganyar. Sawah-sawah begitu luas terbentang. Dengan teliti aku perhatikan jalan yang aku lalui. Tiba-tiba bus yang kami tumpangi berhenti sejenak. Ternyata di depan ada bus yang menghantam pohon. Lumayan parah rusaknya. Namun para penumpang bus tersebut telah dievakuasi. Setelaj aku perhatikan dengan seksama, itu merupakan bus yang mengankut teman-teman kami pada gelombang pertama. Syukur, tak ada yang luka parah. Beberapa menit kemudian aku sampai juga sampai tujuan.

Monday, April 28, 2008

Malam Jum'at Yang Serem

Sebentar lagi ujian termin dua segera dimulai. Blognya masih berisi seputar cerita lama dulu. Belum berani ngangkat tema-tema yang berat. Takut ganggu pikiran buat persiapan ujian. Apa lagi ini masih harus ada tugas hafal al-Qur’an Juz 1 sampe 6.

Jadi teringat kisah 6 tahun yang lalu. Di saat-saat yang sama, ketika aku hendak menghadapi ujian catur wulan III. Aku masih duduk di bangku kelas 1 Aliyah saat itu. Tinggal di asrama memang meninggalkan banyak kesan dan kenang-kenangan. Kamis, atau malem jum’at, tanggalnya aku lupa tahun 2002 di kamarku.

Besok pagi ujian mata pelajaran SKI (Sejarah Kebudayaan Islam) dan ,.... lupa. Malemnya seluruh siswa dengan tekunnya belajar di kamar masing-masing. Akupun juga begitu. Kamar “Imam Ahmad” memang banyak meninggalkan kenangan.

Jam belajar telah selesai. Tepat jam 21.00 pm. Televisi di asrama mulai dihidupkan kembali. Sebagai refresing untuk pikiran-pikiran kita yang penat mempersiapkan materi ujian besok. Cuman setengah jam memang, kesempatan yang diberikan untuk sekedar hiburan melihat tivi. Namun sunggu sangat berguna mencairkan otak-otak yang mulai membeku.

Jam untuk melihat TV telah habis. Semua kembali ke kamar masing-masing. Ada yang kembali melanjutkan belajarnya. Ada yang lebih memilih menemani ranjangnya yang mulai kesepian. Ada pula yang mencoba melewatkan waktu dengan bergurau. Memang asyik hidup bersama. Aku kembali ke kamar yang kebetulan terletak dipinggir ruangan televisi.

Buku-buku mulai kurapikan. Aku coba ganyang segelas kopi untuk mengusir kantukku. Duh,.. materi yang harus aku kuasai belum sepenuhnya selesai. Aku harus lembur malam ini. Paling gak, sampai jam 11-an. Memang sungguh capek. Besok musti bangun pagi-pagi untuk mengulang materi. Aku tengok sobat sekamarku si Luthfi telah asyik dengan guling dan spray hangatnya. Mungkin ia telah mencapai dunia maya dalam angannya. Di kamar itu, kami hidup bertiga, Aku, Luthfi, Misbah. Sungguh beruntung aku tinggal dengan the-bestnya anak-anak asrama. Paling tidak aku bisa mengambil semangat belajar mereka dalam diriku. Misbah kulihat sangat serius menimang-nimang bukunya. Begitu sayangnya hingga ia enggan untuk melepas. Dilantai ada 3 orang tetangga yang sedang main di kamarku. Mereka si Fadly, Mizan, Zamroni. Aku perhatikan mereka tengah asyik bergurau. Sebenarnya aku ingin ikut nimbrung dengan gurauan-gurauan mereka. Namun, aku tak kuasa menahan kantuk ini. Aku putuskan untuk segera tidur.

Mereka bertiga nampaknya menikmati dengan suasana seperti itu. Sampe tengah malam, mereka habiskan dengan berkelakar. Membicarakan sesuatu hal yang mungkin kurang penting. Bahkan tidak keluar dalam ujian besok. Tapi, it’s ok. Aku yakin mereka sudah siap kok buat ujian besok.

Malam semakin gelap. Kamarku mulai menghangat dengan isi gurauan yang mereka buat. Sesekali aku terbangun dari tidurku. Sungguh amat berisik. Tapi tak mengapa lah. Aku coba baringkan kembali ruhku yang sempat terusik oleh mereka.

Pukul 01.30 am. si Misbah terbangun dari tidurnya. Barangkali karena terganggu oleh gaduhnya suara mereka. Ia terlihat mengigau dengan mengucapkan kata-kata yang tak karuan sambil menunjuk sesuatu dipojok atas kamar. Melihat seperti itu, 3 orang tersebut nampaknya hendak mengerjai si Misbah. Mereka beranggapan kalau orang yang ngglindur (mengigau) biasanya mengatakan beberapa rahasia hidupnya. Sederet pertanyaan-pertanyaan anehpun segera muncul dibenak diri mereka. Dari pertanyaan seputar siapa pacar kamu hingga nama kitab yang biasa dibaca. Misbahpun menjawab sekenanya. Tiba-tiba mereka bertiga tertawa terbahak-bahak mendengan jawaban dari Misbah. Seolah tak percaya dengan jawaban tersebut. Seisi kamar kembali menghangat dengan guraun mereka. Tiba-tiba pintu kamar digedor dengan kerasnya. Tak tahu siapa orang yang usil malem-malem mengetok pintu. Selang beberapa detik kemudian muncullah suara tangis dari sisi luar pintu. Terdengar suara tangis seorang perempuan. Bulu kuduk kamipun berdiri, takut kalau yang berada di luar ternyata bukanlah dari bangsa manusia. Dengan kerasnya tangis tersebut tentunya seisi asrama mendengarnya. Tangisnya tak henti-henti. Seisi kamar terbangun. Hanya Luthfi yang masih akrab dengan bantal gulingnya. Kamipun segera berdzikir sembari beristiqfar guna mengusir takut di hati.

Paginya, kami menceritakan kejadian tentang perihal semalam. Tentang suara tangis perempuan di sisi luar pintu kamar kami. Seluruh teman merasa tidak mendengarnya. Bahkan teman yang kebetulan terbangun pada jam tersebutpun tidak mendengar suara tangis perempuan tersebut. Mereka hanya mendengar suara teriakan kita yang menjerit ketakutan. Tangis tersebut asalnya dari mana ya?

Memoar Dakwah 2 "Malu, Harga Mati Bagi Yang Tidak Siap"

Kejadiannya, sekitar 4 tahun lalu. Aku lupa tepatnya kapan. Terlalu sulit untuk mengingatnya. Setiap pekan, Bapak selalu menyampaikan pengajian tafsir di Mesjid di desa. Nama masjidnya lumayan unik,.. tidak ada embel seperti masjid lain (ar-Rahman / al-Mustaqim atau al- yang lain). Nama masjidnya Masjid Besar Purwohutaman Kartasura. Letaknya sangat strategis. Tepatnya dipersimpangan menuju Solo, Semarang dan Jogja. Maka tak heran jika banyak Jama’ah yang datang.

Ahad Malam, seperti biasa Bapak bertugas mengisi pengajian tafsir. Waktu itu entah aku lupa Bapak ada tugas kemana. Yang jelas beliau tidak dapat hadir seketika itu. Beliau telah meminta izin ke pihak takmir masjid untuk meliburkan pengajian tafsir.

Setelah sholat Isya’ para jama’ah telah berkumpul diserambi masjid untuk mendengarkan ceramah dari Bapak. Nampaknya mereka belum tahu kalau Bapak tidak dapat hadir saat ini. Kemudian pihak takmir masjid menyampaikan seputar ketidakhadiran Bapak untuk mengisi pengajian. Tiba-tiba ada seorang jama’ah yang berkata; “mbok putrane pak Rosyid ingkang ganti maos” (mereka memintaku untuk menggatikan Bapak menyampaikan pengajian tafsir). Waduh, sama sekali aku tidak persiapan materi. Apa yang musti aku sampaikan kepada mereka? Aku takut justru akan terjadi pengulangan. Pasalnya, rata-rata jama’ah disitu merupakan para alim, walau banyak juga yang masih awam. Bahkan ada beberapa guru diniyahku yang disitu. Uhh, malunya kalau ntar dibantai sama mereka.

Aku nekat maju menggantikan Bapak menyampaikan pengajian tafsir. Gak pa2 lah, buat latihan! Materi yang aku ambil tentang tafsir surat al-Insyirah. Banyak materi-materi baru yang jam’ah tidak ketahui. Tentang kata yang terulang dalam satu konteks pembicaraan dengan bentuk yang berbeda. Yang satu isim makrifat dan yang lain isim nakirah. Segera aku dihujani pertanyaan. Dengan hati-hati aku coba memaparkan jawabanku satu persatu. Ada satu pertanyaan yang tertinggal. Dan aku memang tak tahu jawabannya. Tentang munasabah surat ini dengan surat sebelumnya. Sangat mudah sekali memang pertanyaannya. Namun karena waktu itu aku memang tak mampu menjawabnya. Dengan berat hati aku mengatakan tak tau. Uh,.. betapa malunya aku waktu itu. Namun, tak mengapa. Memang perlu persiapan dalam menyampaikan materi.

Memoar Dakwah 1 "Kebaikan Tak Selalu Diterima Dengan Baik"

Mengajak kepada kebaikan merupakan tugas semua orang. Namun tak selamanya maksud baik yang kita sampaikan selalu diterima dengan baik pula. Hal ini merupakan hal yang lumrah ketika kita dihadapkan dengan realita medan dakwah yang semakin komplek.

Dalam mendakwahkan sesuatu tentunya kita perlu memperhaikan ‘aqliyyatul mukhatabîn, yaitu watak serta karakter pemikiran orang yang kita ajak. Jangan serta merta kita memaksakan pemikiran yang kita punya (walaupun itu benar dari sudut pandang kita) kepada mereka. Kalau dipaksakan, niscaya kebaikan yang kita paksakan akan tidak diterima dengan baik. Sayang, kan!

Aku diantaranya. Sekitar 3,5 tahun yang lalu, ketika masih berusia 18 tahun, aku sempat diajak oleh Bapak untuk berjalan-jalan ke beberapa masjid di kota. Memang terkesan agak aneh. Dari sini saya bisa menyimpulkan bahwa Bapak ingin menyampaikan bahwa kondisi masyarakat sangat komplek. Kita tak mungkin terlalu idealis dengan prinsip kita. Takutnya ketika idealisme kita dibenturkan dengan realita justru akan terbalik 180 derajat.

Waktu itu masih dalam bulan Ramadhan. Dzikir bergema dimana-mana, tilawah al-Qur’an dikumandangkan, kuliah-kuliah agama mulai digalakkan. Sampailah perjalananku pada sebuah mesjid “A”. Katakan saja begitu. Setelah genap menyelesaikan Shalat Tarawih, tiba-tiba Bapak berbisik supaya aku maju ke mimbar untuk menyampaikan mauidhah hasanah. Sepontan aku kaget. Baru sekarang aku mendapat tugas dadakan. Tanpa pikir manjang, akupun segera menuju mimbar. Seluruh pandangan tertuju padaku. Wow,... laksana artis saja! Aku mantapkan hatiku untuk menyampaikan segala yang ada dibenakku.

Aku mulai pembahasan dengan memaparkan banyak hal tentang politik internasional dalam hal ini hubunganya dengan Islam dan agama-agama lain. Lumayan komprehensif materi yang aku sampaikan. Dari situ aku banyak menyinggung tentang politik Amerika Serikat dalam upaya menduduki negara Afganistan. Dalam analisa tersebut sempat aku singgung beberapa hal tentang kristenisasi.

Setelah usai menyampaikan materi, aku segera turun menemui Bapak. Seusai shalat witir tiba-tiba aku diajak berdialog dengan Bapak dan beberapa pemuka agama di sekitar mesjid. Aku banyak mendapatkan masukan. Sungguh pengalaman yang sangat berharga. Mereka sangat salut dengan materi yang aku sampaikan, cuman ada beberapa yang sempat menjadi catatan-catatan penting. Hal ini tak mungkin aku lupakan. Aku dihujani kritik bahwa materi yang aku sampaikan terlalu berat. Kalau seukuran jama’an disini layaknya mendapatkan ceramah tentang adzab kubur, neraka, surga,dll. Dan juga aku sempat menyinggun beberapa persoalan tentang kristenisasi. Padahal banyak dari para jama’ah yang masih baru memeluk Islam (muallaf). Tentunya hal-hal semacam itu jangan diekspos kepada mereka dulu. Mukaku memerah. Mereka tidak memarahiku, namun sungguh aku mendapatkan pelajaran yang amat berharga. Thank's buat Bapak.

"Catatan Kuliah 2"

Bebaskan Dosen Kami (DR. Abdul Hay Farmawi)

Doktor Farmawi, begitulah sebutan akrab dosen Fakultas Ushuluddin Universitas al-Azhar mata kuliah tafsir tematik.
Dosen yang sangat jenius dan alim ini merupakan doktor favorit beberapa teman. Selain lihai dalam memaparkan materi kuliah, beliau juga terkenal dengan kedermawanannya. Para mahasiswapun bersikap tawadhu' terhadap beliau.


Kemaren, Ahad 27 April 2009, kami dikagetkan sebuah pemberitaan tentang ditangkapnya beliau. Setelah kita konfirmasi, ternyata memang benar adanya. Disebuah website www.almasry-alyoum.com memberitakan seputar ditangkapnya beliau. Oleh pihak state security Mesir, beliau didakwa telah ikut menyokong dana untuk aktifitas terorisme
. Untuk berita selengkapnya silakan dibaca sendiri.

Yang jelas dalam pandangan kami, beliau merupakan sosok yang arif, alim, dermawan. Sangat tidak mungkin jika beliau melakukan semua itu. Bebaskan dosen kami!






Tuesday, April 22, 2008

Riise Isyaratkan kepindahannya ke Stamford Bridge

John Arne Riise, back andalan Liverpool, dalam laga internasional kali ini mendapatkan jutaan makian dan sanjungan. Pasalnya, ia menjadi orang penentu imbang pada laga semi final Liga Champion Eropa Leg 1 di stadion Anfield. Tandukan yang sungguh tajam dari umpan crosing Salomon Kalou tidak dapat diatasi oleh Pepe Reina. Sungguh pemain yang brilian. Disaat-saat yang sangat menentukan pada injury time, dengan fantastisnya menjebol gawangnya sendiri. Hebat,....

Tom Hick, sang pemilik saham Liverpool, yang kebetulan hadir pada laga tersebut tentunya bangga dengan prestasi yang dibuat anak-anak didiknya. Sebuah prestasi yang fantastis. Barang kali dengan gol tersebut merupakan isyarat dari Riise untuk segera hengkang ke Stamford Bridge. Memang tidak ada berita yang menyatakan seputar kemungkinan kepindahan Riise. Barang kali saja, dengan gol tersebut paling tidak dapat memikat para pendukung Chelsea, bahwa ia memiliki talenta yang sungguh luar biasa. Riise, kamu memang hebat,...! Chelsea,.. chayyo,... chayyo!



Monday, April 21, 2008

Catatan Kuliah 1 "Hari Yang Aneh"

Hari ini, Senin, 21 April 2008. Kairo benar-benar membara. Tidak tanggung-tanggung, suhu udara mencapai 45 derajat celcius. Memang kejadian yang sungguh aneh. Perubahan cuaca yang sangat cepat. Perasaan kemaren masih musim dingin deh. Tiba-tiba bumi menjadi terasa terbakar. Dengan segala tekat, aku mencoba beranjak dari rumah menuju kuliah. Dengan langkah gontai aku mencoba meminggul tas yang sungguh terasa berat ini. Sangat berat rasanya. Di saat-saat yang panas ini, memang yang paling enak adalah merebahkan badan di rumah. Seluruh energi banyak terkuras karena panasnya udara.

Pukul 09.30 am. aku menuju halte bus. Sejak dari rumah aku telah memperkirakan akan terlambat mengikuti perkuliahan. Apes-apesnya gak boleh masuk kelas, solusinya jalan-jalan ke perpustakaan aja. Dari pada mondar-mandir gak jelas menunggu mata kuliah selanjutnya. Setibanya di kuliah, memang aku terlambat. Temam-teman telah berjubelan mengisi ruangan. Akan tetapi,.... dosennya belum hadir. Memang aneh. Dosen yang begitu disiplinnya sampai terlambat masuk kelas. Uhh,.. barang kali lagi macet di jalan,... dalam pikiran nakalku mulai menerka keberadaan dosen saat itu. Hmm,... barang kali mereka males masuk karena cuaca yang sangat panas. Mereka yang penduduk asli aja tidak kuat merasakan panasnya, apalagi kita yang dari Indonesia.

Dugaanku ternyata meleset. Para dosen tetap konsisten dengan tugasnya. Aku mengikuti perkuliahan hingga selesai. Aduh,.. aku belum solat Dhuhur. Segera aku lari ke kamar mandi musholla kampus. Weleh-weleh,... ternyata air disini mati. Aku mengurungkan niatku untuk solat Dhuhur di musholla kampus. “Eh,.. cepetan,... waktu Dhuhur dah mo selesai!” teriak seorang teman sembari mengajak menuju mesjid al-Azhar. Yang kita dapati adalah hal yang sama. Air di mesjid ini mati. Mesjid segede ini kok bisa mati air. Untuk bukan pas hari jum’at. Bisa-bisa ribuan jama’ah pada kebingungan tepat wudhu. Dengan cuaca yang begitu panas,... sarana untuk menyegarkan diri dengan air justru mati. Gimana coba kalau di neraka (naudzubillahi min dzalik).

Ya udah deh,... sholat di rumah saja. Dihitung-hitung dengan perjalanan kita masih mempunyai waktu luang tuk sholat. Menunda-nunda sholat memang tidak baik. Namun keadaannya memang sangat tidak mendukung.

Dorr,...... sebuah mobil taxi tradisonal Mesir meledak di tengah-tengah jalan menuju kampus. Orang-orang mencoba berkerumum mencari tahu apa yang terjadi. Jalanan menjadi sangat macet. Beberapa menit setelah itu, .... api yang sangat besar keluar dari sisi mesin mobil. Orang-orang berhamburan takut akan terjadi ledakan yang lebih dasyat lagi. Penduduk setempat mencoba memadamkan api dengan sisa-sisa air yang ada. Aduh,... kenapa harus ada mati air. Api tak kunjung mati karena sedikitnya zat untuk memadamkan.

Seorang saksi kejadian telah menelpon pihak pemadam kebakaran. “Oke,.. sebentar lagi kita akan sampai pada posisi kejadian!” kata sang pemadam. Setelah dinanti-nanti tak kunjung datang,... para penduduk mulai resah. Selain membahayakan pengguna jalan lain. Hal ini menyebabkan kemacetan total jalan menuju kota Husein. Merekapun mencoba berinisiatif menggunakan caranya masing-masing

Sesaat kemudian datang juga mobil pemadam kebakaran. “Ha Huwal Muntadhar” celetuk seorang pedagang asongan. Alhamdulilah api dapat dipadamkan, walau mobil telah tidak berbentuk layaknya kendaraan. Hancur termakan api yang begitu ganasnya serta cuaca yang begitu panasnya.


"Chelsea gak butuh Grant atau Morinho"

Laga Semi Final Champion Eropa sebentar lagi akan bergema di seantero jagad raya. Tepatnya besok,selasa 22 April 2008, klub kenamaan Chelsea akan bertandang ke markas Anfield di leg pertama.

Pertandingan dipastikan akan berjalan dengan sengit, dikarenakan kedua tim merupakan wakil dari negara yang sama. Masih teringat di benak Peter Chech saat ia gagal mengatasi tendangan pinalty yang dilayangkan oleh pemain2 Liverpool di momen yang sama tahun lalu. Chelsea yakin akan memenangkan pertandingan yang paling akbar di kancah Eropa ini. Liverpool go to hell.!

Chelsea tak lagi butuh orang-orang model Jose Morinho ataupun Avant Grant untuk menjadi tim sekelas dunia. Yang ia butuhkan adalah Peter Chech, Terry, dan Lampard. Chelsea,.. chayyo,... chayoo

Sunday, April 20, 2008

“Pilih sebulan atau setahun?”

Oh,.. ternyata udah akhir bulan April. Gak terasa cepat banget,ya..!. Perasaan kemaren masih di Ciputat deh,.... saat mo berangkat ke Mesir. Lho,.. kok ... bulan depan udah ujian (rada kaget). Mana persiapan pas-pasan,lagi...! Lha tiga bulan kemaren ngapain aja “neng”? ketus seorang teman. Iya,.. ya! Ngapain aja! Dasar manusia,... nyadarnya belakangan. Masih untung nyadar.

Sebulan lagi ujian. “Pilih sebulan atau setahun?” (pingin sungguh-sungguh memaksimalkan waktu sebulan untuk persiapan materi ujian atau pilih setahun untuk mengulangi kembali mata kuliah yang gagal?) tentu sebagai manusia yang normal,... kita pilih yang sebulan dong.

Tapi, realistis gak sih,... ngejar satu bulan untuk delapan mata kuliah yang bikin mumet? Kata orang bijak,.. tak ada kata terlambat untuk sukses. Semoga aja untuk ujian kali ini bisa lancar dan sukses. Berapapun mata kuliah yang akan diujikan, ... tetap hadapi dengan senyuman,... ha ha ha! Tentunya dengan belajar. Belajar,... chayoo,.. chayooo.

Mata kuliah yang diujikan termin ini;

1. Al-Qur’an 6 Juz (doain bisa cepet muraja’ah)

2. Bahasa Inggris (gak boleh nyepele’in)

3. Tayyarat Fikriyyah (Pusing deh)

4. Khitobah (metodologi pidato ,... ayyuhannâs,... isma’u wa’u)

5. Manahij Muhadditsin (ya,.. rabb)

6. Hadits Maudhui (hadits tematik,...?!?!?)

7. Tafsir Maudhui (tafsir tematik,... ?>

8. Ulumul Qur’an

Friday, April 18, 2008

Pendekatan Baru Penafsiran Al Qur’an; Studi Atas Pemikiran Bintu Syati'

Prolog

Tafsir Al Qur’an merupakan ilmu yang sangat penting dalam litelatur dunia Islam. Karena dari sinilah sebuah teks yang tidak bernyawa akan berbicara dan memposisikan dirinya sebagai kitab petunjuk. Pesan yang disampaikan dalam Al Qur’an akan menjadi sebuah hal yang sangat relatif ketika diintepretasikan oleh beberapa corak pemikiran yang berbeda.

Seiiring dengan berkembangnya zaman dan semakin luasnya ilmu yang dikuasai umat Islam, maka hal ini menyebabkan pergeseran metodologi dalam intepretasi Al Qur’an. Para ulama zaman dahulu mengklasifikasikan metode tafsir secara global menjadi 2 macam, yaitu;

1) Tafsir bil ma’tsur (analisa teks Al Qur’an dengan berpedoman pada teks lain, Al Qur’an dan Hadits. Corak metode tafsir seperti ini banyak kita dapatkan dalam tafsir Thabary.

2) Tafsir bi ra’yi (analisa teks dengan berpedoman pada akal). Corak metode ini banyak kita dapati dalam tafsir Al Kasyyâf, Mafâtihul Ghaib, Al Mannâr.

Penggolongan metode tafsir menjadi 2 tersebut saat ini dipandang kurang relevan dan terkesan kaku. Maka dari itu para pakar tafsir kontemporer mencoba mencari alternatif lain yang lebih simpel dan sistematis. Dr. Abdul Jabar Ar Rifa’i, menyebutkan ada 4 teori dalam studi tafsir kontemporer;[3]

a. Tafsir ‘Ilmi (analisa ilmiah terhadap ayat-ayat yang terkandung dalam Al Qur’an dengan menghubungkan dengan fenomena alam yang terjadi). Contoh; Tafsir Jawâhirul Qur’an milik Imam Ghazali, al Burhân Fi Ulûmil Qur’an milik Zarkasyi, dll.

b. Tafsir Madhu’i (analisa sebuah teks dengan menghimpun satu kesatuan tema didalamnya). Contoh; Ad Dustûr Al Qur’ani Fi Syu’ûnil Hayât milik Muhammad ‘Izzat Darwizah, Tafsir Ayat Riba milik Sayyid Qutb, Al Qur’an Wal Mujtama’ milik Mahmud Syaltut,dll.

c. Tafsir Ijtimâi (analisa teks dengan pendekatan sosiologi dan fakta sosial yang terjadi). Contoh; Tahrîr Wa Tanwîr milik Thahir Ibnu ‘Asyur, Tafhîmul Qur’an milik Abu A’la al Maududi

d. Tafsir Adabi (analisa teks dengan mengungkap sisi sastra yang terkandung didalamnya. Metode ini lebih cenderung kepada metode kritis dalam memahami Al Qur’an) Contohnya; Tafsir Bayani Lil Qur’anil Karim milik Aisyah Abdurrahman atau Bintu Syati’

Tafsir Adabi (tafsir sastra) yang barang kali akhir-akhir ini banyak digandrungi oleh banyak orang. Basis metode ini mulai diperkenalkan Amin Khuly, seorang intelektual Mesir dan dosen adab di Universitas Cairo. Sosok inilah yang dikenal kuat mempengaruhi corak penafsiran generasi selanjutnya, seperti Ahmad Khalfallah, Nasr Hamid Abu Zayd, Aisyah Abdurrahman atau Bintu Syati’. Dari ketiga penerus beliau ini, Bintu Syati’-lah yang pemikirannya secara luar dikonsumsi public. Selain berbasis metode analisa teks, Bintu Syati’ dikenal sangat memperhatikan sisi normatif dan tidak terlepas dari sisi ilmiah.

Biografi Bintu Syati’

Bintu Syati’ begitulah litelatur Islam mencatat kebrilianan serta kecerdasan beliau dalam bidang tafsir Al Qur’an dan sastra. Bernama lengkap DR. Aisyah Abdurrahman. Lahir di kota Dimyat Mesir 6 November 1913 M/ 6 Dzulhijjah 1331 H dari pasangan Muhammad Ali Abdurrahman dan Farida Abdussalam Muntasyir. Bintu Syati’ hidup ditengah-tengah keluarga yang agamis, mapan, dan berpendidikan. Syeikh Ibrahim ad Damhuji al Kabir, kakek dari garis keturunan sang ibu merupakan salah satu ulama besar Azhar.

Karir pendidikannya dimulai dari umur 5 tahun. Sejak kecil, Aisyah telah dididik serta dipersiapkan untuk menjadi seorang ulama Islam. Keluarganya selalu menekankan untuk senantiasa memperdalam khazanah pemikiran Islam. Tidak ketinggalan pula hafalan Al Qur’an yang telah menjadi hidangan setiap harinya. Di usianya yang masih sangat belia, Bintu Syati’ telah menyelesaikan hafalan Al Qur’an.

Bintu Syati menyelesaikan pendidikan dasarnya dengan predikat cumlaude. Hal ini yang mendorong ia untuk senantiasa menekuni ilmu-ilmu Islam. Setelah menyelesaikan studi ilmu pendidikan di Madrasah Ta’lîmiyyah Thanta tahun 1928, iapun berinisiatif untuk hijrah ke kota Kairo untuk lebih mencari pengalaman. Di ibu kota Mesir tersebut, seluruh bakat dan kecerdasan Bintu Syati’ mulai ditempa dengan baik. Dengan posisi sebagai seorang penulis sebuah lembaga di Giza, iapun memulai karirnya dengan banyak melayangkan tulisannya ke beberapa media massa terkenal di Mesir. Diantaranya majalah Nahdhah Islamiyyah, Ahram, dll. Dari sinilah mulai mencuat nama besar Bintu Syati’. Konon nama pena (samaran) ini sengaja dipakai dikarenakan takut akan kemarahan ayahnya ketika membaca artikel-artikel yang ditulis.

Kesibukannya dalam dunia tulis menulis bukanlah merupakan penghambat proses studinya. Tahun 1936[4], ia menyelesaikan studi S1 di Universitas Cairo Fakultas Adab Jurusan Sastra Arab. Kemudian merampungkan program magister di universitas dan jurusan yang sama pada tahun 1941 dengan judul tesis al Hayât al Insâniyyah ‘Inda Abi ‘Ala’. Di universitas tersebut, Bintu Syati’ dipertemukan dengan sang pujaan hati, Amin Khuli, yang kemudian menjadi suaminya. Kemudian dari situlah muncul 3 pemikir kecil Islam. Suaminya yang merupakan pakar ilmu tafsir selain membimbing dalam keluarga, iapun juga banyak memberikan pengaruh terhadap pemikiran Bintu Syati’. Hal ini terlihat dari corak beberapa pemaparan yang disampaikan Bintu Syati’. Tahun 1950 iapun merampungkan studi doktoralnya dengan DR. Thaha Husein sebagai dosen penguji. Dengan judul disertasi Risâlatul Ghufran Li Abil ‘Ala’, Bintu Syati’ meraih predikat cumlaude.

Ilmu-ilmu yang telah diserap di bangku kuliah, kemudian ia sampaikan di beberapa universitas. Selama puluhan tahun Bintu Syati’ abdikan dirinya dalam bidang pendidikan dan studi Al Qur’an.Diantara universitas yang pernah ia ampu; Universitas Qarawiyyin Maroko, Universitas Cairo Mesir, Universitas ‘Ain Syams Mesir, Universitas Umm Durman Sudan. Iapun banyak memberikan kuliah dan ceramah di hadapan para sarjana di Roma, Al Jazair, New Delhi, Bagdad, Kuwait, Yerrusalem, Rabat, Fez, Khartoum, dll.

Bintu Syati’ berkali kali dinobatkan sebagai pakar ilmu Adab oleh beberapa institusi, pemerintah Mesir (1978), pemerintah Kuwait (1988), raja Faishal (1994).

Ide-ide brilian sosok perempuan ini tak ayal menarik perhatian beberapa penerbit dan mass media untuk menerbitkan karya-karya beliau. Tema-tema yang diangkat lebih banyak berkisar tentang sastra, sejarah dan tafsir Al Qur’an. Ia juga menulis tentang isu-isu yang banyak berkembang di dunia, seperti tentang posisi perempuan yang telah mengalami perubahan, perjuangan orang-orang Arab memerangi imperialisme Barat dan Zionisme.[5] Ada sekitar 40 judul buku dalam bidang Dirasah Islamiyyah, Fiqh, Tafsir, Adab, dll yang telah terbit di Mesir dan beberapa negara Arab. Karya-karyanya diantara lain;

1. Tafsir Bayani Lil Qur’anil Karim

2. Al I’jaz al Bayani, Wa Masail Ibnu Arzuk

3. Maqal Fil Insan; Dirasah Qur’aniyyah

4. Al Qur’an Wa Tafsir Ashri

5. Ma’al Musthofa Fi ‘Asril Mab’as

6. Nisa’un Nabi

7. Ardhul Mu’jizat, Rihlatun Fi Jaziratil Arab

8. Risalatul Ghufran

9. Ghufran; Dirasah Naqdiyah

10. Qiyam Jadidah Lil Adab ‘Arabi, Qadim Wal Mu’ashir

11. Lughatuna Wal Hayat

12. Turatsuna Baina Ma’dhin Wa Hadir

13. Khansa’

14. Shahil Wa Syaji’

15. Israiliyyat Wa Ghazwul Fikr

16. Liqa’ Ma’an Târikh

17. ‘Ala Jirs

18. Dll

Pada awal bulan Desember tahun 1998 di usianya yang mencapai 85, Bintu Syati’ menghembuskan nafas terakhirnya. Tulisan terakhir yang sempat diterbitkan oleh koran Ahram berjudul “Ali bin Abi Thalib Karramllahu Wajhah” tanggal 26 Februari 1998. Seluruh karyanya menjadi saksi akan kehebatan beliau. Metode tafsir yang beliau kembangkan dalam bukunya “at Tafsir al Bayani Lil Qur’an al Karim” banyak menjadi rujukan metode penafsiran kontemporer.

Basis Metode Bintu Syati’

Tafsir Bayani ini dengan lengkap memuat seluruh pemikiran serta pemahaman Syati’ dalam ilmu Qur’an. Beberapa konsep tentang terma ilmu Qur’an beliau paparkan dengan sistematis. Tak ayal jika kitab tafsir ini kemudian diterjemahkan ke beberapa bahasa, termasuk bahasa Indonesia.

Beliau belum secara lengkap menafsirkan seluruh surat yang ada didalam Al Qur’an, melainkan hanya 14 surat, yaitu; Surat At Takatsur, Balad, Nazi’at, ‘Adiyat, Al Zalzalah, As Syarkh (Insyirah), Dhuha, Al Ma’un, Humazah, Fajr, Lail, ‘Asr, Al Alaq, Qalam.

Dalam menganalisa teks Al Qur’an, Bintu Syati’ banyak dipengaruhi metodologi yang disampaikan sang suami, Amin Khuly. Metode yang diterapkan dalam tafsirnya berbasis pada analisa teks sebagaimana berikut;

1. Memperlakukan apa yang ingin dipahami dalam Al Qur’an seara Objektif, hal ini dengan mengumpulkan seluruh surat dan ayat yang akan dipelajari. Dalam muqaddimah tafsir beliau mengungkapkan tentang metode tanâwul maudhu’i (tematis) sebagai pisau analisanya[6].

2. Untuk memahami konteks pewahyuan, maka ayat-ayat disekitas gagasan tersebut harus disesuaikan dengan kronologi pewahyuan (asbab nuzul).[7] Kemudian sebab-sebab peristiwa tersebut bukanlah merupakan syarat mutlak pewahyuan. Menurut kaidah ushululiyyah; “inna ‘ibrah bi umûmil lafdzi la bikhususi sabab”.

3. Untuk memahami dilalah alfadhz yang disampaikan Al Qur’an, maka diperlukan pemahaman yang mendalam tentang bahasa Arab dengan mencari arti linguistis asli.

4. Dalam pemahaman pernyataan-pernyataan yang sulit, naskah yang ada harus dipelajari kemungkinan maksudnya dengan mengkomparasikan dengan pendapat para ulama[8].

Huruf Muqatta’ah

Tema ini telah menjadi perdebatan panjang sepanjang masa di kalangan ulama tafsir. Pokok permasalahannya adalah perbedaan dalam intepretasi ayat Allah yang berbunyi;

..... وما يعلم تأويله إلا الله والراسخون فى العلم يقولون أمنا به كل من عند ربنا وما يذكر إلا أولو الألباب[9]

Mereka memperdebatkan tentang huruf waw dalam ayat tersebut apakah merupakan huruf ‘athaf (kata penghubung) dengan pengertian;

“Padahal tidak ada yang mengetahui ta’wilnya (ayat mutasyabihat) kecuali Allah dan para pakar ilmunya”

atau huruf isti’naf atau ibtida’ (huruf pembuka pembicaraan baru) dengan pengertian;

“Padahal tidak ada yang mengetahui ta’wilnya (ayat mutasyabihat) kecuali hanya Allah. Dan pakar ilmu tersebut berkata”

Dari sinilah muncul 2 kelompok yang berbeda tentang keabsahan menintepretasi ayat-ayat mutasyâbihât. Syeikh Fairuz Abadi dalam kitab tafsirnya Tanwîrul Miqbâs Min Tafsîri Ibni Abbâs mencoba memberikan pentakwilan terhadap huruf-huruf muqatta’ah yang berada di awal beberapa surat. Setiap penggalan dari huruf tersebut memiliki pengertiannya masing-masing yang masih berhubungan dengan tema pembahasa dalam surat tersebut. Sedangkan ulama-ulama salaf semisal Ibnu Abbas, Mujahid, Sya’bi, Ibnu Qayyim Jauziyyah lebih memilih untuk mengembalikan seluruh pemaknaan kepada Allah (ista’tsarallahu bi ‘ilmihi). Syeikh Sya’bi ketika ditanya tentang pengertian huruf muqatta’ah, beliau menjawab; “setiap kitab memilki rahasianya masing-masing, rahasia dari Al Qur’an ini adalah huruf muqatta’ah yang terdapat pada pembuka beberapa surat”[10]

Mengenai huruf muqatta'ah ini, para sarjana barat menggambarkannya sebagai huruf-huruf misterius, meskipun banyak diantara mereka yang berusaha untuk meraba-raba makna yang terkandung. Mereka memandang huruf-huruf tersebut sebagau singkatan dari nama-nama para pengumpul Al Qur’an sebelum Zayd bin Tsabit. Kelompok surat yang diawali dengan “Ha-Mim” diduga berasal dari orang-orang yang singkatan namanya menjadi “Ha-Mim”. Hirschfeld, misalnya mencoba memandang huruf “Sad” sebagai kependekan dari nama Hafsah, "Kaf" sebagai Abu Bakr dan "Mim" sebagai 'Uthman, sedang "Alif-Lam-Mim" kependekan dari nama al-Mughirah. Sedang Eduard Gussens menduga bahwa huruf-huruf tersebut merupakan judul dari surat-surat yang tidak digunakan. Meski demikian pada akhirnya tetaplah huruf-huruf tersebut menjadi misteri. Tidak ada argumen yang cukup valid dari mereka untuk mendukung hipotesa ini.[11]

Ibnu Qayyim Jauziyyah menyebutkan bahwa pemilihan huruf muqatta’ah pada awal beberapa surat tersebut lebih merupakan simbol dari keutamaannya. Huruf tersebut merupakan pondasi utama dari pesan-pesan yang disampaikan Allah dalam surat.[12] Dalam terma pembahasan ini, Bintu Syati lebih setuju dengan pandangan yang disampaikan Ibnu Qayyim. Bahwa huruf muqatta’ah merupakan bagian dari i’jaz bayani Al Qur’an. Ketika Allah melayangkan surat tantangan kepada kaum musyrikin untuk mendatangkan satu surat semisal dengan Al Qur’an, namun mereka tidak sanggup. Padahal Al Qur’an diturunkan dengan bahasa mereka. Allah SWT. berfirman;

وان كنتم فى ريب مما نزلنا على عبدنا فأتوا بسورة من مثله وادعوا شهدائكم إن كنتم صادقين[13]

Sebagaimana kaum musyrikin zaman dahulu menganggap bahwa Al Qur’an merupakan dongeng belaka, sehingga mereka cenderung memilih untuk tidak mendengarkan segala perkataan Al Qur’an, maka dengan munculnya huruf muqatta’ah ini merupakan upaya untuk menarik perhatian mereka untuk lebih jauh mengetahui tentang Al Qur’an.

Anti Sinonimitas

Salah satu temuan penting Bintu Syati’ dalam tafsirnya yaitu tentang sinonim kata-kata yang memiliki pengertian serupa dalam Al Qur’an. Dalam hal ini beliau lebih cenderung untuk menolak adanya sinonimitas. Segala yang disampaikan di dalam Al Qur’an memiliki maksud dan tujuannya masing-masing. Allah SWT. Berfirman;

..... ما فرطنا فى الكتاب من شيئ[14]

Dalam kitab tafsirnya, at Tafsir al Bayani Lil Qur’anil Karim, disebutkan dengan pendekatan metode istiqra’ tentang penggunaan beberapa kata yang mempunyai arti kata yang sama namun berbeda dalam pengertiannya.

1. Kata khalafa dan aqsama[15]

Kata khalafa

Kata aqsama

Wa yahlifuna billahi Innahum laminkum wama hum minkum (QS. Taubah; 34)

La uqsimu bi yaumil qiyamah (QS. Qiyamah;1)

Wa yahlifuna ‘alal kadzibi (QS. Mujadalah; 14)

Fala Uqsimu bila tubsirun (QS. Al Haqah;34)

Wa la tuti’ kulla hallafin muhin

Fala Uqsimu bil Hunnas (QS. At Takwir;

Dari sini beliau berkesimpulan bahwa kata aqsama digunakan untuk jenis sumpah sejati yang tidak pernah untuk dilanggar. Terlihat rata-rata Fa’il dari kata ini lebih banyak kembali kepada Allah. Sedangkan kata khalafa digunakan untuk sumpah yang ada potensi untuk dilanggar

2. Kata na’y dan bu’d. Kata na’y merujuk kepada jarak yang kaitannya dengan permusuhan dan suasana. Sedangkan bu’d lebih kepada jarak dalam konotasi waktu dan tempat.

3. Kata hilm dan ru’ya. Kata hilm merujuk kepada mimpi yang tidak jelas tentang kebenarannya. Sedangkan ru’ya lebih kepada hal yang telah pasti dan jelas.

Pernyataan yang serupa juga disampaikan beberapa ulama adab diantaranya Ibnu Jinni dan Ibnu Faris.

Israiliyyat

Terma ini merupakan problem tersendiri di kalangan beberapa ulama tafsir. Banyak dari mereka yang terjebak menyantumkan argumen-argumen penguat analisa tafsir yang referensinya masih dipertanyakan. Diantaranya israiliyyat (kabar tentang zaman pra-Islam yang disampaikan oleh para ahli kitab). Seiring dengan tuntutan dari umat untuk lebih mengetahui detil peristiwa dalam Al Qur’an.

Dalam usahanya untuk menyingkirkan unsur unsur luar dan asing dalam pemahaman atas Al Qur’an, dalam tafsirnya, Bintu Syati’ menolak untuk terlibat dalam pembahasan-pembahasan mendetil mengenai materi-materi yang berhubungan dengan kitab Injil, Taurat, dan rekaman-rekaman Arab serta non Arab yang bersifat mitis atau historis, jika didalam Al Qur’an terdapat rujukan kepada materi-materi atau rekaman-rekaman tersebut. Ia menyatakan bahwa, jika Al Qur’an memang bermaksud mengungkap sejarah dalam detilnya, kitab suci ini pasti telah melakukannya. Namun Al Qur’an menggunakan materi-materi semacam itu dalam bentuk sebuah ringkasan biasa, yang berarti bahwa apa yang diinginkan untuk diperhatikan adalah teladan-teladan moral yang harus ditelaah dan pelajaran-pelajaran spiritual yang harus diturunkan darinya.[16]

Epilog

Bintu Syati’ merupakan intelektual Islam yang banyak memberikan sumbangsih pikirannya untuk kemajuan ilmu tafsir. Analisa teks yang beliau terapkan dalam tafsirnya, banyak diikuti oleh penafsir-penafsir saat ini. Metode ini lebih relevan dan realistis untuk diterapkan, karena disamping lebih tepat dengan kondisi sosial masyarakat saat ini, juga dapat memahami gagasan dalam Al Qur’an secara utuh (tidak parsial).

Dalam tafsirnya, beliau kerap kali menyebutkan komentar-komentar beberapa ulama zaman dahulu seputar analisa teks mereka, kemudian memberikan koreksi dan pembenaran. Terutama dalam pembahasa diksi dalam Al Qur’an.

Pengkajian dalam Islam terbagi menjadi 3 macam; 1. ilmu yang sudah digarap dan sudah dimasak, yaitu ilmu bahasa dan penetapan hukum, 2. ilmu yang telah dimasak tetapi belum matang, yaitu ilmu hukum dan hadits, 3. ilmu yang belum masak dan belum matang, yaitu retorika dan tafsir. Bintu Syati’ beruntung memilki banyak banyak bumbu masakan untuk digarap.[17]

(M. Fuad Al Amin)

[1] Makalah ini disampaikan dalam paket kajian turast Islam Misykati (Majelis Intensif Studi Yurisprudensi dan Kajian Ilmu Islam), Jum’at, 18 Maret 2008

[2] Mahasiswa Universitas Al Azhar Fakultas Ushuluddin Jurusan Tafsir Tingkat 3, pengurus Misykati.

[3] Abdul Jabar Rifa’i, ittijahat haditsah fi Tafsir, Selasa, 27 Juni 2006, www.mothaqaf.com

[4] Ada referensi yang menyebutkan Bintu Syati’ lulus program S1 tahun 1939. Lihat www.islamwomenstudies.com.

[5] Al Qur’an Buku Yang Menyesatkan Dan Buku Yang Menyesatkan, hal 387

[6] Lihat Aisyah Abdurrahman, At Tafsir al Bayani Lil Qur’anil Karim Juz 1, Dar Ma’arif Kairo, hal 10

[7] Tema asbâb nuzûl sampai saat ini masih menjadi bahan perbincangan. Banyak kita temukan satu ayat atau surat terdapat asbâb nuzûl yang saling berbeda. Hal ini lebih dikarenakan para sahabat banyak yang mengasosiasikan sebuah ayat atau surat yang berkenaan dengan diri mereka masing-masing merupakan bagian dari sebab turunnya. Maka munculah riwayat yang berbeda-beda tentang asbâb nuzûl. Contoh asbâb nuzûl surat Taubah ayat 113;

ماكان للنبي والذين أمنوا أن يستغفرو للمشركين

Ada beberapa versi tentang sebab turunnya ayat tersebut. Versi 1. Turun wafatnya Abu Thalib, 2. Ketika nabi berziarah ke makam ibunda beliau, Aminah, 3. Ketika ada seorang laki-laki yang memintakan ampun untuk kedua orang tuanya yang meninggal dalam keadaan syirik.

[8] Op. Cit. Aisyah Abdurrahman

[9] Surat Al Baqarah: 7

[10] Op. Cit. Juz 1 Hal 42

[11] Ayat Mutasyabihat dan Kritik Terhadap Peringkatnya, 17 april 2008, www.pesantren.or.id, Lihat W. Montgomery Watt, Richard Bell: Pengantar al-Qur'an, terj. Lilian D. Tedjasudhana (Jakarta: INIS, 1998), 55-56.

[12] Op. Cit Aisyah Abdurrahman

[13] Surat Al Baqarah: 23

[14] Surat Al An’am : 37

[15] Op. Cit. Aisyah Abdurrahman, juz 1, hal 165-167

[16] Op. Cit. Al Qur’an Buku Yang Mencerahkan dan Buku Yang Menyesatkan, hal 394

[17] Ibid hal. 403