Monday, April 28, 2008

Malam Jum'at Yang Serem

Sebentar lagi ujian termin dua segera dimulai. Blognya masih berisi seputar cerita lama dulu. Belum berani ngangkat tema-tema yang berat. Takut ganggu pikiran buat persiapan ujian. Apa lagi ini masih harus ada tugas hafal al-Qur’an Juz 1 sampe 6.

Jadi teringat kisah 6 tahun yang lalu. Di saat-saat yang sama, ketika aku hendak menghadapi ujian catur wulan III. Aku masih duduk di bangku kelas 1 Aliyah saat itu. Tinggal di asrama memang meninggalkan banyak kesan dan kenang-kenangan. Kamis, atau malem jum’at, tanggalnya aku lupa tahun 2002 di kamarku.

Besok pagi ujian mata pelajaran SKI (Sejarah Kebudayaan Islam) dan ,.... lupa. Malemnya seluruh siswa dengan tekunnya belajar di kamar masing-masing. Akupun juga begitu. Kamar “Imam Ahmad” memang banyak meninggalkan kenangan.

Jam belajar telah selesai. Tepat jam 21.00 pm. Televisi di asrama mulai dihidupkan kembali. Sebagai refresing untuk pikiran-pikiran kita yang penat mempersiapkan materi ujian besok. Cuman setengah jam memang, kesempatan yang diberikan untuk sekedar hiburan melihat tivi. Namun sunggu sangat berguna mencairkan otak-otak yang mulai membeku.

Jam untuk melihat TV telah habis. Semua kembali ke kamar masing-masing. Ada yang kembali melanjutkan belajarnya. Ada yang lebih memilih menemani ranjangnya yang mulai kesepian. Ada pula yang mencoba melewatkan waktu dengan bergurau. Memang asyik hidup bersama. Aku kembali ke kamar yang kebetulan terletak dipinggir ruangan televisi.

Buku-buku mulai kurapikan. Aku coba ganyang segelas kopi untuk mengusir kantukku. Duh,.. materi yang harus aku kuasai belum sepenuhnya selesai. Aku harus lembur malam ini. Paling gak, sampai jam 11-an. Memang sungguh capek. Besok musti bangun pagi-pagi untuk mengulang materi. Aku tengok sobat sekamarku si Luthfi telah asyik dengan guling dan spray hangatnya. Mungkin ia telah mencapai dunia maya dalam angannya. Di kamar itu, kami hidup bertiga, Aku, Luthfi, Misbah. Sungguh beruntung aku tinggal dengan the-bestnya anak-anak asrama. Paling tidak aku bisa mengambil semangat belajar mereka dalam diriku. Misbah kulihat sangat serius menimang-nimang bukunya. Begitu sayangnya hingga ia enggan untuk melepas. Dilantai ada 3 orang tetangga yang sedang main di kamarku. Mereka si Fadly, Mizan, Zamroni. Aku perhatikan mereka tengah asyik bergurau. Sebenarnya aku ingin ikut nimbrung dengan gurauan-gurauan mereka. Namun, aku tak kuasa menahan kantuk ini. Aku putuskan untuk segera tidur.

Mereka bertiga nampaknya menikmati dengan suasana seperti itu. Sampe tengah malam, mereka habiskan dengan berkelakar. Membicarakan sesuatu hal yang mungkin kurang penting. Bahkan tidak keluar dalam ujian besok. Tapi, it’s ok. Aku yakin mereka sudah siap kok buat ujian besok.

Malam semakin gelap. Kamarku mulai menghangat dengan isi gurauan yang mereka buat. Sesekali aku terbangun dari tidurku. Sungguh amat berisik. Tapi tak mengapa lah. Aku coba baringkan kembali ruhku yang sempat terusik oleh mereka.

Pukul 01.30 am. si Misbah terbangun dari tidurnya. Barangkali karena terganggu oleh gaduhnya suara mereka. Ia terlihat mengigau dengan mengucapkan kata-kata yang tak karuan sambil menunjuk sesuatu dipojok atas kamar. Melihat seperti itu, 3 orang tersebut nampaknya hendak mengerjai si Misbah. Mereka beranggapan kalau orang yang ngglindur (mengigau) biasanya mengatakan beberapa rahasia hidupnya. Sederet pertanyaan-pertanyaan anehpun segera muncul dibenak diri mereka. Dari pertanyaan seputar siapa pacar kamu hingga nama kitab yang biasa dibaca. Misbahpun menjawab sekenanya. Tiba-tiba mereka bertiga tertawa terbahak-bahak mendengan jawaban dari Misbah. Seolah tak percaya dengan jawaban tersebut. Seisi kamar kembali menghangat dengan guraun mereka. Tiba-tiba pintu kamar digedor dengan kerasnya. Tak tahu siapa orang yang usil malem-malem mengetok pintu. Selang beberapa detik kemudian muncullah suara tangis dari sisi luar pintu. Terdengar suara tangis seorang perempuan. Bulu kuduk kamipun berdiri, takut kalau yang berada di luar ternyata bukanlah dari bangsa manusia. Dengan kerasnya tangis tersebut tentunya seisi asrama mendengarnya. Tangisnya tak henti-henti. Seisi kamar terbangun. Hanya Luthfi yang masih akrab dengan bantal gulingnya. Kamipun segera berdzikir sembari beristiqfar guna mengusir takut di hati.

Paginya, kami menceritakan kejadian tentang perihal semalam. Tentang suara tangis perempuan di sisi luar pintu kamar kami. Seluruh teman merasa tidak mendengarnya. Bahkan teman yang kebetulan terbangun pada jam tersebutpun tidak mendengar suara tangis perempuan tersebut. Mereka hanya mendengar suara teriakan kita yang menjerit ketakutan. Tangis tersebut asalnya dari mana ya?

Memoar Dakwah 2 "Malu, Harga Mati Bagi Yang Tidak Siap"

Kejadiannya, sekitar 4 tahun lalu. Aku lupa tepatnya kapan. Terlalu sulit untuk mengingatnya. Setiap pekan, Bapak selalu menyampaikan pengajian tafsir di Mesjid di desa. Nama masjidnya lumayan unik,.. tidak ada embel seperti masjid lain (ar-Rahman / al-Mustaqim atau al- yang lain). Nama masjidnya Masjid Besar Purwohutaman Kartasura. Letaknya sangat strategis. Tepatnya dipersimpangan menuju Solo, Semarang dan Jogja. Maka tak heran jika banyak Jama’ah yang datang.

Ahad Malam, seperti biasa Bapak bertugas mengisi pengajian tafsir. Waktu itu entah aku lupa Bapak ada tugas kemana. Yang jelas beliau tidak dapat hadir seketika itu. Beliau telah meminta izin ke pihak takmir masjid untuk meliburkan pengajian tafsir.

Setelah sholat Isya’ para jama’ah telah berkumpul diserambi masjid untuk mendengarkan ceramah dari Bapak. Nampaknya mereka belum tahu kalau Bapak tidak dapat hadir saat ini. Kemudian pihak takmir masjid menyampaikan seputar ketidakhadiran Bapak untuk mengisi pengajian. Tiba-tiba ada seorang jama’ah yang berkata; “mbok putrane pak Rosyid ingkang ganti maos” (mereka memintaku untuk menggatikan Bapak menyampaikan pengajian tafsir). Waduh, sama sekali aku tidak persiapan materi. Apa yang musti aku sampaikan kepada mereka? Aku takut justru akan terjadi pengulangan. Pasalnya, rata-rata jama’ah disitu merupakan para alim, walau banyak juga yang masih awam. Bahkan ada beberapa guru diniyahku yang disitu. Uhh, malunya kalau ntar dibantai sama mereka.

Aku nekat maju menggantikan Bapak menyampaikan pengajian tafsir. Gak pa2 lah, buat latihan! Materi yang aku ambil tentang tafsir surat al-Insyirah. Banyak materi-materi baru yang jam’ah tidak ketahui. Tentang kata yang terulang dalam satu konteks pembicaraan dengan bentuk yang berbeda. Yang satu isim makrifat dan yang lain isim nakirah. Segera aku dihujani pertanyaan. Dengan hati-hati aku coba memaparkan jawabanku satu persatu. Ada satu pertanyaan yang tertinggal. Dan aku memang tak tahu jawabannya. Tentang munasabah surat ini dengan surat sebelumnya. Sangat mudah sekali memang pertanyaannya. Namun karena waktu itu aku memang tak mampu menjawabnya. Dengan berat hati aku mengatakan tak tau. Uh,.. betapa malunya aku waktu itu. Namun, tak mengapa. Memang perlu persiapan dalam menyampaikan materi.

Memoar Dakwah 1 "Kebaikan Tak Selalu Diterima Dengan Baik"

Mengajak kepada kebaikan merupakan tugas semua orang. Namun tak selamanya maksud baik yang kita sampaikan selalu diterima dengan baik pula. Hal ini merupakan hal yang lumrah ketika kita dihadapkan dengan realita medan dakwah yang semakin komplek.

Dalam mendakwahkan sesuatu tentunya kita perlu memperhaikan ‘aqliyyatul mukhatabîn, yaitu watak serta karakter pemikiran orang yang kita ajak. Jangan serta merta kita memaksakan pemikiran yang kita punya (walaupun itu benar dari sudut pandang kita) kepada mereka. Kalau dipaksakan, niscaya kebaikan yang kita paksakan akan tidak diterima dengan baik. Sayang, kan!

Aku diantaranya. Sekitar 3,5 tahun yang lalu, ketika masih berusia 18 tahun, aku sempat diajak oleh Bapak untuk berjalan-jalan ke beberapa masjid di kota. Memang terkesan agak aneh. Dari sini saya bisa menyimpulkan bahwa Bapak ingin menyampaikan bahwa kondisi masyarakat sangat komplek. Kita tak mungkin terlalu idealis dengan prinsip kita. Takutnya ketika idealisme kita dibenturkan dengan realita justru akan terbalik 180 derajat.

Waktu itu masih dalam bulan Ramadhan. Dzikir bergema dimana-mana, tilawah al-Qur’an dikumandangkan, kuliah-kuliah agama mulai digalakkan. Sampailah perjalananku pada sebuah mesjid “A”. Katakan saja begitu. Setelah genap menyelesaikan Shalat Tarawih, tiba-tiba Bapak berbisik supaya aku maju ke mimbar untuk menyampaikan mauidhah hasanah. Sepontan aku kaget. Baru sekarang aku mendapat tugas dadakan. Tanpa pikir manjang, akupun segera menuju mimbar. Seluruh pandangan tertuju padaku. Wow,... laksana artis saja! Aku mantapkan hatiku untuk menyampaikan segala yang ada dibenakku.

Aku mulai pembahasan dengan memaparkan banyak hal tentang politik internasional dalam hal ini hubunganya dengan Islam dan agama-agama lain. Lumayan komprehensif materi yang aku sampaikan. Dari situ aku banyak menyinggung tentang politik Amerika Serikat dalam upaya menduduki negara Afganistan. Dalam analisa tersebut sempat aku singgung beberapa hal tentang kristenisasi.

Setelah usai menyampaikan materi, aku segera turun menemui Bapak. Seusai shalat witir tiba-tiba aku diajak berdialog dengan Bapak dan beberapa pemuka agama di sekitar mesjid. Aku banyak mendapatkan masukan. Sungguh pengalaman yang sangat berharga. Mereka sangat salut dengan materi yang aku sampaikan, cuman ada beberapa yang sempat menjadi catatan-catatan penting. Hal ini tak mungkin aku lupakan. Aku dihujani kritik bahwa materi yang aku sampaikan terlalu berat. Kalau seukuran jama’an disini layaknya mendapatkan ceramah tentang adzab kubur, neraka, surga,dll. Dan juga aku sempat menyinggun beberapa persoalan tentang kristenisasi. Padahal banyak dari para jama’ah yang masih baru memeluk Islam (muallaf). Tentunya hal-hal semacam itu jangan diekspos kepada mereka dulu. Mukaku memerah. Mereka tidak memarahiku, namun sungguh aku mendapatkan pelajaran yang amat berharga. Thank's buat Bapak.

"Catatan Kuliah 2"

Bebaskan Dosen Kami (DR. Abdul Hay Farmawi)

Doktor Farmawi, begitulah sebutan akrab dosen Fakultas Ushuluddin Universitas al-Azhar mata kuliah tafsir tematik.
Dosen yang sangat jenius dan alim ini merupakan doktor favorit beberapa teman. Selain lihai dalam memaparkan materi kuliah, beliau juga terkenal dengan kedermawanannya. Para mahasiswapun bersikap tawadhu' terhadap beliau.


Kemaren, Ahad 27 April 2009, kami dikagetkan sebuah pemberitaan tentang ditangkapnya beliau. Setelah kita konfirmasi, ternyata memang benar adanya. Disebuah website www.almasry-alyoum.com memberitakan seputar ditangkapnya beliau. Oleh pihak state security Mesir, beliau didakwa telah ikut menyokong dana untuk aktifitas terorisme
. Untuk berita selengkapnya silakan dibaca sendiri.

Yang jelas dalam pandangan kami, beliau merupakan sosok yang arif, alim, dermawan. Sangat tidak mungkin jika beliau melakukan semua itu. Bebaskan dosen kami!






Tuesday, April 22, 2008

Riise Isyaratkan kepindahannya ke Stamford Bridge

John Arne Riise, back andalan Liverpool, dalam laga internasional kali ini mendapatkan jutaan makian dan sanjungan. Pasalnya, ia menjadi orang penentu imbang pada laga semi final Liga Champion Eropa Leg 1 di stadion Anfield. Tandukan yang sungguh tajam dari umpan crosing Salomon Kalou tidak dapat diatasi oleh Pepe Reina. Sungguh pemain yang brilian. Disaat-saat yang sangat menentukan pada injury time, dengan fantastisnya menjebol gawangnya sendiri. Hebat,....

Tom Hick, sang pemilik saham Liverpool, yang kebetulan hadir pada laga tersebut tentunya bangga dengan prestasi yang dibuat anak-anak didiknya. Sebuah prestasi yang fantastis. Barang kali dengan gol tersebut merupakan isyarat dari Riise untuk segera hengkang ke Stamford Bridge. Memang tidak ada berita yang menyatakan seputar kemungkinan kepindahan Riise. Barang kali saja, dengan gol tersebut paling tidak dapat memikat para pendukung Chelsea, bahwa ia memiliki talenta yang sungguh luar biasa. Riise, kamu memang hebat,...! Chelsea,.. chayyo,... chayyo!



Monday, April 21, 2008

Catatan Kuliah 1 "Hari Yang Aneh"

Hari ini, Senin, 21 April 2008. Kairo benar-benar membara. Tidak tanggung-tanggung, suhu udara mencapai 45 derajat celcius. Memang kejadian yang sungguh aneh. Perubahan cuaca yang sangat cepat. Perasaan kemaren masih musim dingin deh. Tiba-tiba bumi menjadi terasa terbakar. Dengan segala tekat, aku mencoba beranjak dari rumah menuju kuliah. Dengan langkah gontai aku mencoba meminggul tas yang sungguh terasa berat ini. Sangat berat rasanya. Di saat-saat yang panas ini, memang yang paling enak adalah merebahkan badan di rumah. Seluruh energi banyak terkuras karena panasnya udara.

Pukul 09.30 am. aku menuju halte bus. Sejak dari rumah aku telah memperkirakan akan terlambat mengikuti perkuliahan. Apes-apesnya gak boleh masuk kelas, solusinya jalan-jalan ke perpustakaan aja. Dari pada mondar-mandir gak jelas menunggu mata kuliah selanjutnya. Setibanya di kuliah, memang aku terlambat. Temam-teman telah berjubelan mengisi ruangan. Akan tetapi,.... dosennya belum hadir. Memang aneh. Dosen yang begitu disiplinnya sampai terlambat masuk kelas. Uhh,.. barang kali lagi macet di jalan,... dalam pikiran nakalku mulai menerka keberadaan dosen saat itu. Hmm,... barang kali mereka males masuk karena cuaca yang sangat panas. Mereka yang penduduk asli aja tidak kuat merasakan panasnya, apalagi kita yang dari Indonesia.

Dugaanku ternyata meleset. Para dosen tetap konsisten dengan tugasnya. Aku mengikuti perkuliahan hingga selesai. Aduh,.. aku belum solat Dhuhur. Segera aku lari ke kamar mandi musholla kampus. Weleh-weleh,... ternyata air disini mati. Aku mengurungkan niatku untuk solat Dhuhur di musholla kampus. “Eh,.. cepetan,... waktu Dhuhur dah mo selesai!” teriak seorang teman sembari mengajak menuju mesjid al-Azhar. Yang kita dapati adalah hal yang sama. Air di mesjid ini mati. Mesjid segede ini kok bisa mati air. Untuk bukan pas hari jum’at. Bisa-bisa ribuan jama’ah pada kebingungan tepat wudhu. Dengan cuaca yang begitu panas,... sarana untuk menyegarkan diri dengan air justru mati. Gimana coba kalau di neraka (naudzubillahi min dzalik).

Ya udah deh,... sholat di rumah saja. Dihitung-hitung dengan perjalanan kita masih mempunyai waktu luang tuk sholat. Menunda-nunda sholat memang tidak baik. Namun keadaannya memang sangat tidak mendukung.

Dorr,...... sebuah mobil taxi tradisonal Mesir meledak di tengah-tengah jalan menuju kampus. Orang-orang mencoba berkerumum mencari tahu apa yang terjadi. Jalanan menjadi sangat macet. Beberapa menit setelah itu, .... api yang sangat besar keluar dari sisi mesin mobil. Orang-orang berhamburan takut akan terjadi ledakan yang lebih dasyat lagi. Penduduk setempat mencoba memadamkan api dengan sisa-sisa air yang ada. Aduh,... kenapa harus ada mati air. Api tak kunjung mati karena sedikitnya zat untuk memadamkan.

Seorang saksi kejadian telah menelpon pihak pemadam kebakaran. “Oke,.. sebentar lagi kita akan sampai pada posisi kejadian!” kata sang pemadam. Setelah dinanti-nanti tak kunjung datang,... para penduduk mulai resah. Selain membahayakan pengguna jalan lain. Hal ini menyebabkan kemacetan total jalan menuju kota Husein. Merekapun mencoba berinisiatif menggunakan caranya masing-masing

Sesaat kemudian datang juga mobil pemadam kebakaran. “Ha Huwal Muntadhar” celetuk seorang pedagang asongan. Alhamdulilah api dapat dipadamkan, walau mobil telah tidak berbentuk layaknya kendaraan. Hancur termakan api yang begitu ganasnya serta cuaca yang begitu panasnya.


"Chelsea gak butuh Grant atau Morinho"

Laga Semi Final Champion Eropa sebentar lagi akan bergema di seantero jagad raya. Tepatnya besok,selasa 22 April 2008, klub kenamaan Chelsea akan bertandang ke markas Anfield di leg pertama.

Pertandingan dipastikan akan berjalan dengan sengit, dikarenakan kedua tim merupakan wakil dari negara yang sama. Masih teringat di benak Peter Chech saat ia gagal mengatasi tendangan pinalty yang dilayangkan oleh pemain2 Liverpool di momen yang sama tahun lalu. Chelsea yakin akan memenangkan pertandingan yang paling akbar di kancah Eropa ini. Liverpool go to hell.!

Chelsea tak lagi butuh orang-orang model Jose Morinho ataupun Avant Grant untuk menjadi tim sekelas dunia. Yang ia butuhkan adalah Peter Chech, Terry, dan Lampard. Chelsea,.. chayyo,... chayoo

Sunday, April 20, 2008

“Pilih sebulan atau setahun?”

Oh,.. ternyata udah akhir bulan April. Gak terasa cepat banget,ya..!. Perasaan kemaren masih di Ciputat deh,.... saat mo berangkat ke Mesir. Lho,.. kok ... bulan depan udah ujian (rada kaget). Mana persiapan pas-pasan,lagi...! Lha tiga bulan kemaren ngapain aja “neng”? ketus seorang teman. Iya,.. ya! Ngapain aja! Dasar manusia,... nyadarnya belakangan. Masih untung nyadar.

Sebulan lagi ujian. “Pilih sebulan atau setahun?” (pingin sungguh-sungguh memaksimalkan waktu sebulan untuk persiapan materi ujian atau pilih setahun untuk mengulangi kembali mata kuliah yang gagal?) tentu sebagai manusia yang normal,... kita pilih yang sebulan dong.

Tapi, realistis gak sih,... ngejar satu bulan untuk delapan mata kuliah yang bikin mumet? Kata orang bijak,.. tak ada kata terlambat untuk sukses. Semoga aja untuk ujian kali ini bisa lancar dan sukses. Berapapun mata kuliah yang akan diujikan, ... tetap hadapi dengan senyuman,... ha ha ha! Tentunya dengan belajar. Belajar,... chayoo,.. chayooo.

Mata kuliah yang diujikan termin ini;

1. Al-Qur’an 6 Juz (doain bisa cepet muraja’ah)

2. Bahasa Inggris (gak boleh nyepele’in)

3. Tayyarat Fikriyyah (Pusing deh)

4. Khitobah (metodologi pidato ,... ayyuhannâs,... isma’u wa’u)

5. Manahij Muhadditsin (ya,.. rabb)

6. Hadits Maudhui (hadits tematik,...?!?!?)

7. Tafsir Maudhui (tafsir tematik,... ?>

8. Ulumul Qur’an

Friday, April 18, 2008

Pendekatan Baru Penafsiran Al Qur’an; Studi Atas Pemikiran Bintu Syati'

Prolog

Tafsir Al Qur’an merupakan ilmu yang sangat penting dalam litelatur dunia Islam. Karena dari sinilah sebuah teks yang tidak bernyawa akan berbicara dan memposisikan dirinya sebagai kitab petunjuk. Pesan yang disampaikan dalam Al Qur’an akan menjadi sebuah hal yang sangat relatif ketika diintepretasikan oleh beberapa corak pemikiran yang berbeda.

Seiiring dengan berkembangnya zaman dan semakin luasnya ilmu yang dikuasai umat Islam, maka hal ini menyebabkan pergeseran metodologi dalam intepretasi Al Qur’an. Para ulama zaman dahulu mengklasifikasikan metode tafsir secara global menjadi 2 macam, yaitu;

1) Tafsir bil ma’tsur (analisa teks Al Qur’an dengan berpedoman pada teks lain, Al Qur’an dan Hadits. Corak metode tafsir seperti ini banyak kita dapatkan dalam tafsir Thabary.

2) Tafsir bi ra’yi (analisa teks dengan berpedoman pada akal). Corak metode ini banyak kita dapati dalam tafsir Al Kasyyâf, Mafâtihul Ghaib, Al Mannâr.

Penggolongan metode tafsir menjadi 2 tersebut saat ini dipandang kurang relevan dan terkesan kaku. Maka dari itu para pakar tafsir kontemporer mencoba mencari alternatif lain yang lebih simpel dan sistematis. Dr. Abdul Jabar Ar Rifa’i, menyebutkan ada 4 teori dalam studi tafsir kontemporer;[3]

a. Tafsir ‘Ilmi (analisa ilmiah terhadap ayat-ayat yang terkandung dalam Al Qur’an dengan menghubungkan dengan fenomena alam yang terjadi). Contoh; Tafsir Jawâhirul Qur’an milik Imam Ghazali, al Burhân Fi Ulûmil Qur’an milik Zarkasyi, dll.

b. Tafsir Madhu’i (analisa sebuah teks dengan menghimpun satu kesatuan tema didalamnya). Contoh; Ad Dustûr Al Qur’ani Fi Syu’ûnil Hayât milik Muhammad ‘Izzat Darwizah, Tafsir Ayat Riba milik Sayyid Qutb, Al Qur’an Wal Mujtama’ milik Mahmud Syaltut,dll.

c. Tafsir Ijtimâi (analisa teks dengan pendekatan sosiologi dan fakta sosial yang terjadi). Contoh; Tahrîr Wa Tanwîr milik Thahir Ibnu ‘Asyur, Tafhîmul Qur’an milik Abu A’la al Maududi

d. Tafsir Adabi (analisa teks dengan mengungkap sisi sastra yang terkandung didalamnya. Metode ini lebih cenderung kepada metode kritis dalam memahami Al Qur’an) Contohnya; Tafsir Bayani Lil Qur’anil Karim milik Aisyah Abdurrahman atau Bintu Syati’

Tafsir Adabi (tafsir sastra) yang barang kali akhir-akhir ini banyak digandrungi oleh banyak orang. Basis metode ini mulai diperkenalkan Amin Khuly, seorang intelektual Mesir dan dosen adab di Universitas Cairo. Sosok inilah yang dikenal kuat mempengaruhi corak penafsiran generasi selanjutnya, seperti Ahmad Khalfallah, Nasr Hamid Abu Zayd, Aisyah Abdurrahman atau Bintu Syati’. Dari ketiga penerus beliau ini, Bintu Syati’-lah yang pemikirannya secara luar dikonsumsi public. Selain berbasis metode analisa teks, Bintu Syati’ dikenal sangat memperhatikan sisi normatif dan tidak terlepas dari sisi ilmiah.

Biografi Bintu Syati’

Bintu Syati’ begitulah litelatur Islam mencatat kebrilianan serta kecerdasan beliau dalam bidang tafsir Al Qur’an dan sastra. Bernama lengkap DR. Aisyah Abdurrahman. Lahir di kota Dimyat Mesir 6 November 1913 M/ 6 Dzulhijjah 1331 H dari pasangan Muhammad Ali Abdurrahman dan Farida Abdussalam Muntasyir. Bintu Syati’ hidup ditengah-tengah keluarga yang agamis, mapan, dan berpendidikan. Syeikh Ibrahim ad Damhuji al Kabir, kakek dari garis keturunan sang ibu merupakan salah satu ulama besar Azhar.

Karir pendidikannya dimulai dari umur 5 tahun. Sejak kecil, Aisyah telah dididik serta dipersiapkan untuk menjadi seorang ulama Islam. Keluarganya selalu menekankan untuk senantiasa memperdalam khazanah pemikiran Islam. Tidak ketinggalan pula hafalan Al Qur’an yang telah menjadi hidangan setiap harinya. Di usianya yang masih sangat belia, Bintu Syati’ telah menyelesaikan hafalan Al Qur’an.

Bintu Syati menyelesaikan pendidikan dasarnya dengan predikat cumlaude. Hal ini yang mendorong ia untuk senantiasa menekuni ilmu-ilmu Islam. Setelah menyelesaikan studi ilmu pendidikan di Madrasah Ta’lîmiyyah Thanta tahun 1928, iapun berinisiatif untuk hijrah ke kota Kairo untuk lebih mencari pengalaman. Di ibu kota Mesir tersebut, seluruh bakat dan kecerdasan Bintu Syati’ mulai ditempa dengan baik. Dengan posisi sebagai seorang penulis sebuah lembaga di Giza, iapun memulai karirnya dengan banyak melayangkan tulisannya ke beberapa media massa terkenal di Mesir. Diantaranya majalah Nahdhah Islamiyyah, Ahram, dll. Dari sinilah mulai mencuat nama besar Bintu Syati’. Konon nama pena (samaran) ini sengaja dipakai dikarenakan takut akan kemarahan ayahnya ketika membaca artikel-artikel yang ditulis.

Kesibukannya dalam dunia tulis menulis bukanlah merupakan penghambat proses studinya. Tahun 1936[4], ia menyelesaikan studi S1 di Universitas Cairo Fakultas Adab Jurusan Sastra Arab. Kemudian merampungkan program magister di universitas dan jurusan yang sama pada tahun 1941 dengan judul tesis al Hayât al Insâniyyah ‘Inda Abi ‘Ala’. Di universitas tersebut, Bintu Syati’ dipertemukan dengan sang pujaan hati, Amin Khuli, yang kemudian menjadi suaminya. Kemudian dari situlah muncul 3 pemikir kecil Islam. Suaminya yang merupakan pakar ilmu tafsir selain membimbing dalam keluarga, iapun juga banyak memberikan pengaruh terhadap pemikiran Bintu Syati’. Hal ini terlihat dari corak beberapa pemaparan yang disampaikan Bintu Syati’. Tahun 1950 iapun merampungkan studi doktoralnya dengan DR. Thaha Husein sebagai dosen penguji. Dengan judul disertasi Risâlatul Ghufran Li Abil ‘Ala’, Bintu Syati’ meraih predikat cumlaude.

Ilmu-ilmu yang telah diserap di bangku kuliah, kemudian ia sampaikan di beberapa universitas. Selama puluhan tahun Bintu Syati’ abdikan dirinya dalam bidang pendidikan dan studi Al Qur’an.Diantara universitas yang pernah ia ampu; Universitas Qarawiyyin Maroko, Universitas Cairo Mesir, Universitas ‘Ain Syams Mesir, Universitas Umm Durman Sudan. Iapun banyak memberikan kuliah dan ceramah di hadapan para sarjana di Roma, Al Jazair, New Delhi, Bagdad, Kuwait, Yerrusalem, Rabat, Fez, Khartoum, dll.

Bintu Syati’ berkali kali dinobatkan sebagai pakar ilmu Adab oleh beberapa institusi, pemerintah Mesir (1978), pemerintah Kuwait (1988), raja Faishal (1994).

Ide-ide brilian sosok perempuan ini tak ayal menarik perhatian beberapa penerbit dan mass media untuk menerbitkan karya-karya beliau. Tema-tema yang diangkat lebih banyak berkisar tentang sastra, sejarah dan tafsir Al Qur’an. Ia juga menulis tentang isu-isu yang banyak berkembang di dunia, seperti tentang posisi perempuan yang telah mengalami perubahan, perjuangan orang-orang Arab memerangi imperialisme Barat dan Zionisme.[5] Ada sekitar 40 judul buku dalam bidang Dirasah Islamiyyah, Fiqh, Tafsir, Adab, dll yang telah terbit di Mesir dan beberapa negara Arab. Karya-karyanya diantara lain;

1. Tafsir Bayani Lil Qur’anil Karim

2. Al I’jaz al Bayani, Wa Masail Ibnu Arzuk

3. Maqal Fil Insan; Dirasah Qur’aniyyah

4. Al Qur’an Wa Tafsir Ashri

5. Ma’al Musthofa Fi ‘Asril Mab’as

6. Nisa’un Nabi

7. Ardhul Mu’jizat, Rihlatun Fi Jaziratil Arab

8. Risalatul Ghufran

9. Ghufran; Dirasah Naqdiyah

10. Qiyam Jadidah Lil Adab ‘Arabi, Qadim Wal Mu’ashir

11. Lughatuna Wal Hayat

12. Turatsuna Baina Ma’dhin Wa Hadir

13. Khansa’

14. Shahil Wa Syaji’

15. Israiliyyat Wa Ghazwul Fikr

16. Liqa’ Ma’an Târikh

17. ‘Ala Jirs

18. Dll

Pada awal bulan Desember tahun 1998 di usianya yang mencapai 85, Bintu Syati’ menghembuskan nafas terakhirnya. Tulisan terakhir yang sempat diterbitkan oleh koran Ahram berjudul “Ali bin Abi Thalib Karramllahu Wajhah” tanggal 26 Februari 1998. Seluruh karyanya menjadi saksi akan kehebatan beliau. Metode tafsir yang beliau kembangkan dalam bukunya “at Tafsir al Bayani Lil Qur’an al Karim” banyak menjadi rujukan metode penafsiran kontemporer.

Basis Metode Bintu Syati’

Tafsir Bayani ini dengan lengkap memuat seluruh pemikiran serta pemahaman Syati’ dalam ilmu Qur’an. Beberapa konsep tentang terma ilmu Qur’an beliau paparkan dengan sistematis. Tak ayal jika kitab tafsir ini kemudian diterjemahkan ke beberapa bahasa, termasuk bahasa Indonesia.

Beliau belum secara lengkap menafsirkan seluruh surat yang ada didalam Al Qur’an, melainkan hanya 14 surat, yaitu; Surat At Takatsur, Balad, Nazi’at, ‘Adiyat, Al Zalzalah, As Syarkh (Insyirah), Dhuha, Al Ma’un, Humazah, Fajr, Lail, ‘Asr, Al Alaq, Qalam.

Dalam menganalisa teks Al Qur’an, Bintu Syati’ banyak dipengaruhi metodologi yang disampaikan sang suami, Amin Khuly. Metode yang diterapkan dalam tafsirnya berbasis pada analisa teks sebagaimana berikut;

1. Memperlakukan apa yang ingin dipahami dalam Al Qur’an seara Objektif, hal ini dengan mengumpulkan seluruh surat dan ayat yang akan dipelajari. Dalam muqaddimah tafsir beliau mengungkapkan tentang metode tanâwul maudhu’i (tematis) sebagai pisau analisanya[6].

2. Untuk memahami konteks pewahyuan, maka ayat-ayat disekitas gagasan tersebut harus disesuaikan dengan kronologi pewahyuan (asbab nuzul).[7] Kemudian sebab-sebab peristiwa tersebut bukanlah merupakan syarat mutlak pewahyuan. Menurut kaidah ushululiyyah; “inna ‘ibrah bi umûmil lafdzi la bikhususi sabab”.

3. Untuk memahami dilalah alfadhz yang disampaikan Al Qur’an, maka diperlukan pemahaman yang mendalam tentang bahasa Arab dengan mencari arti linguistis asli.

4. Dalam pemahaman pernyataan-pernyataan yang sulit, naskah yang ada harus dipelajari kemungkinan maksudnya dengan mengkomparasikan dengan pendapat para ulama[8].

Huruf Muqatta’ah

Tema ini telah menjadi perdebatan panjang sepanjang masa di kalangan ulama tafsir. Pokok permasalahannya adalah perbedaan dalam intepretasi ayat Allah yang berbunyi;

..... وما يعلم تأويله إلا الله والراسخون فى العلم يقولون أمنا به كل من عند ربنا وما يذكر إلا أولو الألباب[9]

Mereka memperdebatkan tentang huruf waw dalam ayat tersebut apakah merupakan huruf ‘athaf (kata penghubung) dengan pengertian;

“Padahal tidak ada yang mengetahui ta’wilnya (ayat mutasyabihat) kecuali Allah dan para pakar ilmunya”

atau huruf isti’naf atau ibtida’ (huruf pembuka pembicaraan baru) dengan pengertian;

“Padahal tidak ada yang mengetahui ta’wilnya (ayat mutasyabihat) kecuali hanya Allah. Dan pakar ilmu tersebut berkata”

Dari sinilah muncul 2 kelompok yang berbeda tentang keabsahan menintepretasi ayat-ayat mutasyâbihât. Syeikh Fairuz Abadi dalam kitab tafsirnya Tanwîrul Miqbâs Min Tafsîri Ibni Abbâs mencoba memberikan pentakwilan terhadap huruf-huruf muqatta’ah yang berada di awal beberapa surat. Setiap penggalan dari huruf tersebut memiliki pengertiannya masing-masing yang masih berhubungan dengan tema pembahasa dalam surat tersebut. Sedangkan ulama-ulama salaf semisal Ibnu Abbas, Mujahid, Sya’bi, Ibnu Qayyim Jauziyyah lebih memilih untuk mengembalikan seluruh pemaknaan kepada Allah (ista’tsarallahu bi ‘ilmihi). Syeikh Sya’bi ketika ditanya tentang pengertian huruf muqatta’ah, beliau menjawab; “setiap kitab memilki rahasianya masing-masing, rahasia dari Al Qur’an ini adalah huruf muqatta’ah yang terdapat pada pembuka beberapa surat”[10]

Mengenai huruf muqatta'ah ini, para sarjana barat menggambarkannya sebagai huruf-huruf misterius, meskipun banyak diantara mereka yang berusaha untuk meraba-raba makna yang terkandung. Mereka memandang huruf-huruf tersebut sebagau singkatan dari nama-nama para pengumpul Al Qur’an sebelum Zayd bin Tsabit. Kelompok surat yang diawali dengan “Ha-Mim” diduga berasal dari orang-orang yang singkatan namanya menjadi “Ha-Mim”. Hirschfeld, misalnya mencoba memandang huruf “Sad” sebagai kependekan dari nama Hafsah, "Kaf" sebagai Abu Bakr dan "Mim" sebagai 'Uthman, sedang "Alif-Lam-Mim" kependekan dari nama al-Mughirah. Sedang Eduard Gussens menduga bahwa huruf-huruf tersebut merupakan judul dari surat-surat yang tidak digunakan. Meski demikian pada akhirnya tetaplah huruf-huruf tersebut menjadi misteri. Tidak ada argumen yang cukup valid dari mereka untuk mendukung hipotesa ini.[11]

Ibnu Qayyim Jauziyyah menyebutkan bahwa pemilihan huruf muqatta’ah pada awal beberapa surat tersebut lebih merupakan simbol dari keutamaannya. Huruf tersebut merupakan pondasi utama dari pesan-pesan yang disampaikan Allah dalam surat.[12] Dalam terma pembahasan ini, Bintu Syati lebih setuju dengan pandangan yang disampaikan Ibnu Qayyim. Bahwa huruf muqatta’ah merupakan bagian dari i’jaz bayani Al Qur’an. Ketika Allah melayangkan surat tantangan kepada kaum musyrikin untuk mendatangkan satu surat semisal dengan Al Qur’an, namun mereka tidak sanggup. Padahal Al Qur’an diturunkan dengan bahasa mereka. Allah SWT. berfirman;

وان كنتم فى ريب مما نزلنا على عبدنا فأتوا بسورة من مثله وادعوا شهدائكم إن كنتم صادقين[13]

Sebagaimana kaum musyrikin zaman dahulu menganggap bahwa Al Qur’an merupakan dongeng belaka, sehingga mereka cenderung memilih untuk tidak mendengarkan segala perkataan Al Qur’an, maka dengan munculnya huruf muqatta’ah ini merupakan upaya untuk menarik perhatian mereka untuk lebih jauh mengetahui tentang Al Qur’an.

Anti Sinonimitas

Salah satu temuan penting Bintu Syati’ dalam tafsirnya yaitu tentang sinonim kata-kata yang memiliki pengertian serupa dalam Al Qur’an. Dalam hal ini beliau lebih cenderung untuk menolak adanya sinonimitas. Segala yang disampaikan di dalam Al Qur’an memiliki maksud dan tujuannya masing-masing. Allah SWT. Berfirman;

..... ما فرطنا فى الكتاب من شيئ[14]

Dalam kitab tafsirnya, at Tafsir al Bayani Lil Qur’anil Karim, disebutkan dengan pendekatan metode istiqra’ tentang penggunaan beberapa kata yang mempunyai arti kata yang sama namun berbeda dalam pengertiannya.

1. Kata khalafa dan aqsama[15]

Kata khalafa

Kata aqsama

Wa yahlifuna billahi Innahum laminkum wama hum minkum (QS. Taubah; 34)

La uqsimu bi yaumil qiyamah (QS. Qiyamah;1)

Wa yahlifuna ‘alal kadzibi (QS. Mujadalah; 14)

Fala Uqsimu bila tubsirun (QS. Al Haqah;34)

Wa la tuti’ kulla hallafin muhin

Fala Uqsimu bil Hunnas (QS. At Takwir;

Dari sini beliau berkesimpulan bahwa kata aqsama digunakan untuk jenis sumpah sejati yang tidak pernah untuk dilanggar. Terlihat rata-rata Fa’il dari kata ini lebih banyak kembali kepada Allah. Sedangkan kata khalafa digunakan untuk sumpah yang ada potensi untuk dilanggar

2. Kata na’y dan bu’d. Kata na’y merujuk kepada jarak yang kaitannya dengan permusuhan dan suasana. Sedangkan bu’d lebih kepada jarak dalam konotasi waktu dan tempat.

3. Kata hilm dan ru’ya. Kata hilm merujuk kepada mimpi yang tidak jelas tentang kebenarannya. Sedangkan ru’ya lebih kepada hal yang telah pasti dan jelas.

Pernyataan yang serupa juga disampaikan beberapa ulama adab diantaranya Ibnu Jinni dan Ibnu Faris.

Israiliyyat

Terma ini merupakan problem tersendiri di kalangan beberapa ulama tafsir. Banyak dari mereka yang terjebak menyantumkan argumen-argumen penguat analisa tafsir yang referensinya masih dipertanyakan. Diantaranya israiliyyat (kabar tentang zaman pra-Islam yang disampaikan oleh para ahli kitab). Seiring dengan tuntutan dari umat untuk lebih mengetahui detil peristiwa dalam Al Qur’an.

Dalam usahanya untuk menyingkirkan unsur unsur luar dan asing dalam pemahaman atas Al Qur’an, dalam tafsirnya, Bintu Syati’ menolak untuk terlibat dalam pembahasan-pembahasan mendetil mengenai materi-materi yang berhubungan dengan kitab Injil, Taurat, dan rekaman-rekaman Arab serta non Arab yang bersifat mitis atau historis, jika didalam Al Qur’an terdapat rujukan kepada materi-materi atau rekaman-rekaman tersebut. Ia menyatakan bahwa, jika Al Qur’an memang bermaksud mengungkap sejarah dalam detilnya, kitab suci ini pasti telah melakukannya. Namun Al Qur’an menggunakan materi-materi semacam itu dalam bentuk sebuah ringkasan biasa, yang berarti bahwa apa yang diinginkan untuk diperhatikan adalah teladan-teladan moral yang harus ditelaah dan pelajaran-pelajaran spiritual yang harus diturunkan darinya.[16]

Epilog

Bintu Syati’ merupakan intelektual Islam yang banyak memberikan sumbangsih pikirannya untuk kemajuan ilmu tafsir. Analisa teks yang beliau terapkan dalam tafsirnya, banyak diikuti oleh penafsir-penafsir saat ini. Metode ini lebih relevan dan realistis untuk diterapkan, karena disamping lebih tepat dengan kondisi sosial masyarakat saat ini, juga dapat memahami gagasan dalam Al Qur’an secara utuh (tidak parsial).

Dalam tafsirnya, beliau kerap kali menyebutkan komentar-komentar beberapa ulama zaman dahulu seputar analisa teks mereka, kemudian memberikan koreksi dan pembenaran. Terutama dalam pembahasa diksi dalam Al Qur’an.

Pengkajian dalam Islam terbagi menjadi 3 macam; 1. ilmu yang sudah digarap dan sudah dimasak, yaitu ilmu bahasa dan penetapan hukum, 2. ilmu yang telah dimasak tetapi belum matang, yaitu ilmu hukum dan hadits, 3. ilmu yang belum masak dan belum matang, yaitu retorika dan tafsir. Bintu Syati’ beruntung memilki banyak banyak bumbu masakan untuk digarap.[17]

(M. Fuad Al Amin)

[1] Makalah ini disampaikan dalam paket kajian turast Islam Misykati (Majelis Intensif Studi Yurisprudensi dan Kajian Ilmu Islam), Jum’at, 18 Maret 2008

[2] Mahasiswa Universitas Al Azhar Fakultas Ushuluddin Jurusan Tafsir Tingkat 3, pengurus Misykati.

[3] Abdul Jabar Rifa’i, ittijahat haditsah fi Tafsir, Selasa, 27 Juni 2006, www.mothaqaf.com

[4] Ada referensi yang menyebutkan Bintu Syati’ lulus program S1 tahun 1939. Lihat www.islamwomenstudies.com.

[5] Al Qur’an Buku Yang Menyesatkan Dan Buku Yang Menyesatkan, hal 387

[6] Lihat Aisyah Abdurrahman, At Tafsir al Bayani Lil Qur’anil Karim Juz 1, Dar Ma’arif Kairo, hal 10

[7] Tema asbâb nuzûl sampai saat ini masih menjadi bahan perbincangan. Banyak kita temukan satu ayat atau surat terdapat asbâb nuzûl yang saling berbeda. Hal ini lebih dikarenakan para sahabat banyak yang mengasosiasikan sebuah ayat atau surat yang berkenaan dengan diri mereka masing-masing merupakan bagian dari sebab turunnya. Maka munculah riwayat yang berbeda-beda tentang asbâb nuzûl. Contoh asbâb nuzûl surat Taubah ayat 113;

ماكان للنبي والذين أمنوا أن يستغفرو للمشركين

Ada beberapa versi tentang sebab turunnya ayat tersebut. Versi 1. Turun wafatnya Abu Thalib, 2. Ketika nabi berziarah ke makam ibunda beliau, Aminah, 3. Ketika ada seorang laki-laki yang memintakan ampun untuk kedua orang tuanya yang meninggal dalam keadaan syirik.

[8] Op. Cit. Aisyah Abdurrahman

[9] Surat Al Baqarah: 7

[10] Op. Cit. Juz 1 Hal 42

[11] Ayat Mutasyabihat dan Kritik Terhadap Peringkatnya, 17 april 2008, www.pesantren.or.id, Lihat W. Montgomery Watt, Richard Bell: Pengantar al-Qur'an, terj. Lilian D. Tedjasudhana (Jakarta: INIS, 1998), 55-56.

[12] Op. Cit Aisyah Abdurrahman

[13] Surat Al Baqarah: 23

[14] Surat Al An’am : 37

[15] Op. Cit. Aisyah Abdurrahman, juz 1, hal 165-167

[16] Op. Cit. Al Qur’an Buku Yang Mencerahkan dan Buku Yang Menyesatkan, hal 394

[17] Ibid hal. 403

Thursday, April 17, 2008

DUKUNGAN TERHADAP PENINGKATAN PRESTASI

LAPORAN HASIL LOKAKARYA

DUKUNGAN TERHADAP PENINGKATAN PRESTASI
MAHASISWA INDONESIA DI MESIR

Al-Azhar Conference Center, Nasr City, Cairo, Mesir

Sabtu-Ahad, 12-13 April 2008

A. PENDAHULUAN

Alhamdulillahi Rabbil 'Alamin, acara Lokakarya "Dukungan Terhadap Peningkatan Prestasi Mahasiswa Indonesia di Mesir" telah terselenggara pada 12 dan 13 April 2008 di Al-Azhar Conference Center, Nasr City, Cairo, atas kerjasama KBRI Cairo dan Pengurus Persatuan Pelajar dan Mahasiswa Indonesia (PPMI) Mesir serta dukungan penuh dari Yang Mulia Grand Syeikh Al-Azhar; Prof. Dr. Muhammad Sayyed Tantawi dan Menteri Agama RI M. Maftuh Basyuni.

Lokakarya dimaksudkan sebagai forum tukar pikiran mengenai berbagai persoalan mahasiswa Indonesia di Mesir (selanjutnya disebut Masisir) agar tercipta persepsi dan komitmen bersama dalam rangka mendukung kesuksesan studi mereka. Adapun tujuan dan target dari Lokakarya ini adalah merumuskan sebuah konsep solusi yang efektif, praktis, dan komprehensif mengenai upaya penyelesaian persoalan mahasiswa Indonesia di Mesir.

Untuk memenuhi tujuan dan terget tersebut, Lokakarya menghadirkan para stakeholder yang merupakan pemangku kebijakan terkait dengan mahasiswa Indonesia di Mesir dan pihak-pihak yang memiliki perhatian besar terhadap kesuksesan studi mereka.

Para stakeholder yang berpartisipasi terdiri dari figur-figur penting dari: Universitas Al-Azhar, Kementerian Dalam Negeri Mesir, Kementerian Luar Negeri Mesir, Kedutaan Mesir di Jakarta, DPR RI (Komisi X), Departemen Luar Negeri RI, Departemen Agama RI, Departemen Pendidikan Nasional RI, Kementrian Koordinator Kesejahteraan Rakyat, Pemda Sumatera Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur, Ormas Islam (NU, Muhammadiyah, PERSIS, ICMI), KBRI Cairo, PPMI Mesir, Alumni Al-Azhar, Asosiasi Pesantren, dan Lembaga Beasiswa.

Adapun peserta dari kalangan mahasiswa terdiri dari wakil-wakil berbagai organisasi kemahasiswaan, yaitu WIHDAH PPMI, DPD PPMI, Perwakilan Organisasi Kedaerahan (KMA – Nangroe Aceh Darussalam, HMM – Medan, KPTS – Tapanuli, KMM – Minangkabau, KSMR – Riau, KMJ – Jambi, KEMASS – Sumatera Selatan, KMB – Banten, KPJ – Jakarta, KPMJB – Jawa Barat, KSW – Jawa Tengah dan DIY, GAMAJATIM – Jawa Timur, FOSGAMA – Madura, KMNTB – Nusa Tenggara dan Bali, KMKM – Kalimantan, KKS – Sulawesi), Pimpinan Organisasi Afiliatif (ICMI, PCI NU, PCI Muhammadiyah, PWK Persis, , PCI Al-Washliyah, PWK PII), dan tokoh-tokoh mahasiswa.

Selain itu, Lokakarya juga dihadiri oleh undangan khusus, kalangan pers, dan pemerhati pendidikan.

B. PERMASALAHAN

Secara umum, pokok bahasan yang dibicarakan dalam Lokakarya ini meliputi persoalan sejak masa persiapan studi, masa menjalani studi, dan masa pasca studi. Persoalan-persoalan tersebut kemudian diurai secara lebih mendalam berdasarkan jenis masalah sekaligus dicarikan alternatif solusinya. Adapun materi pembahasan meliputi soal-soal Keazharan, Kemesiran dan Kemahasiswaan.

C. PEMBAHASAN

Bentuk pembahasan masalah dalam Lokakarya ini dilakukan melalui ceramah dan dialog, sidang pleno, serta sidang komisi:

1. Ceramah dan dialog digunakan dalam pembukaan dan penutupan dengan materi pokok pemantapan motivasi belajar, peningkatan wawasan dan peneguhan semangat berprestasi.
2. Pleno I membahas materi Keazharan dengan pokok bahasan masalah-masalah mahasiswa Indonesia di Mesir serta hubungannya dengan Universitas Al-Azhar sebagai lembaga pendidikan di mana mayoritas mahasiswa Indonesia menuntut ilmu.
3. Pleno II membahas materi Kemesiran dengan pokok bahasan masalah-masalah yang terkait dengan proses pengurusan visa masuk, izin tinggal, serta keamanan selama tinggal di Mesir.
4. Pleno III membahas materi Kemahasiswaan yang merupakan hasil dari sidang komisi:

a) Sidang Komisi I dengan pokok bahasan masalah-masalah yang dihadapi calon mahasiswa baru (CAMABA) sebelum berangkat ke Mesir untuk melanjutkan studi di Universitas Al-Azhar dan beberapa universitas lainnya
b) Sidang Komisi II dengan pokok bahasan pola pembinaan yang efektif bagi mahasiswa Indonesia di Mesir dalam rangka mencapai tujuan peningkatan kualitas dan prestasi akademik maupun non-akademik.
c) Sidang Komisi III dengan pokok bahasan masalah-masalah yang terkait dengan masa depan dan langkah selanjutnya bagi para sarjana alumni Universitas al-Azhar dan perguruan tinggi lainnya.

D. KESIMPULAN DAN KESEPAKATAN

Setelah melalui serangkaian pembahasan yang mendalam terhadap materi-materi pokok Lokakarya, maka para peserta Lokakarya menyepakati sejumlah rekomendasi kebijakan dan berkesimpulan tentang perlunya masing-masing stakeholder memberikan kontribusi positif berupa solusi konkret, praktis dan efektif demi menyelesaikan persoalan-persoalan mahasiswa Indonesia di Mesir. Dengan demikian, diharapkan pada masa-masa yang akan datang dapat dibentuk suatu mekanisme dan proses yang mapan dan integratif dalam mewujudkan peningkatan prestasi mahasiswa Indonesia di Mesir.

Sehubungan dengan itu, para peserta Lokakarya telah menyepakati hal-hal sebagai berikut:

1. Masalah Keazharan:

a) Mendukung gagasan Universitas Al-Azhar untuk mengadaan tes ulang jika diperlukan dan menyediakan kelas khusus persiapan Bahasa Arab (I’dad Lughah) bagi mahasiswa Indonesia dalam hal dipandang belum memenuhi kualifikasi yang dipersyaratkan sebelum mengikuti perkuliahan.
b) Universitas Al-Azhar diharapkan dapat mempertimbangkan penyediaan diktat kuliah lebih awal guna memberi kesempatan lebih banyak bagi mahasiswa untuk mempelajari dan mendalaminya.
c) Universitas Al-Azhar diharapkan dapat mempertimbangkan mengirimkan beberapa dosen untuk memberikan Fushul Taqwiyah (Kuliah Tambahan/bimbel) secara rutin dan berkala kepada mahasiswa dengan memanfaatkan rumah daerah.
d) Mengusulkan kepada Universitas Al-Azhar untuk menerapkan absensi secara maksimal dalam proses belajar-mengajar di seluruh tingkatan untuk mengoptimalkan kehadiran mahasiswa ke kampus untuk mengikuti perkuliahan.
e) Al-Azhar diharapkan memberikan kebijakan khusus terkait dengan pemberian surat keterangan kepada mahasiswa yang sedang dalam masa transisi studi untuk mendapatkan visa tinggal (iqamah).
f) Mendukung perlunya koordinasi antara Pemerintah RI dan Al-Azhar dalam menentukan mekanisme penyelenggaraan tes CAMABA.
g) Al-Azhar turut berperan dalam pembekalan CAMABA sebelum berangkat ke Mesir.

2. Masalah Kemesiran:

a) State Security Mesir memberikan informasi yang lengkap tentang persyaratan yang diperlukan untuk mempermudah mendapatkan persetujuan (muwafaqah amn) demi mempercepat pengurusan visa masuk Mesir bagi mahasiswa baru.
b) Mendukung State Security (Amn Daulah) Mesir dalam mempermudah pemberian persetujuan keamanan (muwafaqah amn) bagi CAMABA, maupun calon mahasiswa S2 dan S3 dalam waktu tidak lebih dari 72 jam (3 hari).
c) State Security Mesir, baik secara berkala atau dalam hal diperlukan, diharapkan dapat memberikan arahan dan panduan terkait aturan dan ketentuan setempat, terutama dalam rangka memberikan pengayoman dan pengamanan bagi mahasiswa Indonesia.
d) Imigrasi Mesir memfasilitasi pemberian izin tinggal (iqamah) kepada mahasiswa yang sedang dalam masa transisi studi berdasarkan surat keterangan yang dikeluarkan pihak Universitas Al-Azhar.
e) Mendukung upaya Kementerian Luar Negeri Mesir untuk berkoordinasi dengan Kedutaan Besar Mesir di Jakarta dalam rangka mempercepat pemberian visa masuk Mesir demi kelancaran keberangkatan CAMABA ke Mesir.
f) Mendukung Imigrasi Mesir dalam meningkatkan pelayanan publik dengan menambah jumlah loket dan petugas pelayanan perpanjangan izin tinggal (iqamah).


3. Masalah Kemahasiswaan:


1. Masa Persiapan Studi:


1) Depag RI, KBRI Kairo, PPMI Mesir, Pondok Pesantren, dan Alumni menyediakan informasi yang obyektif, integral dan komprehensif tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan studi ke Mesir (di Al Azhar maupun institusi pendidikan lainnya), baik berupa Buku Panduan Belajar ke Mesir, Lembar Pengumuman, Brosur, dll.
2) Depag RI, Pemda dan Asosiasi Pondok Pesantren memprioritaskan lulusan-lulusan terbaik dari pesantren maupun SLTA yang terakreditasi untuk mengikuti seleksi calon mahasiswa.
3) Perlu adanya koordinasi persiapan antara Depag RI dan stakeholders terkait yang meliputi tes bahasa Arab, hafalan Quran, tes kesehatan dan kesiapan mental (salah satunya melalui psikotes) bagi calon-calon pelajar yang akan belajar di institusi-institusi pendidikan di Mesir.
4) Pentingnya penyelenggaraan orientasi dan pelatihan oleh pihak-pihak yang terkait dengan CAMABA (Depag RI, Pondok Pesantren, maupun alumni) meliputi orientasi dan pelatihan tentang budaya, kehidupan perkuliahan di Mesir, bahasa ‘Amiyah, maupun akhlak.
5) Perlunya klasifikasi tujuan studi (tingkat menengah, S1, S2 dan S3, serta yang ingin belajar bahasa Arab) bagi pelajar atau CAMABA yang akan melanjutkan studi di Mesir.
6) Seleksi calon pelajar dan CAMABA dilakukan oleh lembaga yang profesional sesuai dengan standar yang menjadi tuntutan Al-Azhar.
7) Perlunya pemerataan penerimaan CAMABA dari seluruh wilayah Indonesia secara proporsional dengan mengutamakan kualitas.
8) Perlunya diberikan peluang bagi siswa-siswi tingkat akhir untuk mengikuti seleksi CAMABA ke Mesir.
9) Depag RI melakukan inventarisasi dan verifikasi sekolah-sekolah di Indonesia yang mu’adalah dengan standar Al-Azhar.
10) Khusus bagi Mahasiswa non Beasiswa, diberlakukan ketentuan memiliki Financial Statement sebagai bukti kemampuan finansial.



2. Masa Menjalani Studi:



* ORIENTASI DAN BIMBINGAN



1. PPMI dan KBRI Kairo merumuskan pola kerjasama dalam hal pelayanan, penyelenggaraan dan pendanaan kegiatan yang mendukung peningkatan kualitas dan prestasi mahasiswa.
2. KBRI dan PPMI mengadakan semacam KRS (Kartu Rencana Studi) agar mahasiswa baru memiliki peta rencana yang jelas selama masa studi nantinya, serta agar lebih mudah dalam mengontrol dan mengevaluasi perkembangan dan kesuksesan mahasiswa.
3. PPMI dan KBRI memfasilitasi layanan mentoring dan konsultasi untuk membantu mahasiswa dalam mengenal lingkungan, menjalani proses belajar dan teknik menjawb soal ujian, sekaligus mengawal orientasi akademik mahasiswa (dengan memanfaatkan SDM S2 sebagai tenaga pembimbing/mentor)
4. KBRI Kairo, PPMI dan seluruh organisasi Masisir bekerjasama melaksanakan pelatihan maupun kegiatan demi meningkatkan kemampuan manajemen diri dan waktu serta membangun motivasi diri (sekaligus untuk menghilangkan budaya santai yang tidak produktif dan meningkatkan motivasi untuk menjadi yang terbaik).
5. KBRI Kairo, PPMI dan organisasi-organisa si Masisir lainnya mengoptimalkan peningkatan keterampilan mahasiswa, yang meliputi public speaking, komunikasi massa, manajemen organisasi, sifat kepemimpinan, advokasi, menulis karya ilmiah/karya fiksi, dan sebagainya.
6. PPMI, tokoh masyarakat dan mahasiswa, serta seluruh elemen Masisir menumbuhkan rasa tanggung jawab bersama dan saling menasehati dalam hal menjaga citra positif dan integritas moral dan tanggungjawab spiritual Masisir.
7. KBRI Kairo, Al Azhar dan PPMI menyelenggarakan orientasi bagi mahasiswa baru yang sudah tiba di Mesir.
8. PPMI dan seluruh organisasi di lingkungan Masisir menggiatkan program hafalan Al-Qur’an secara reguler dan intensif.
9. Seluruh elemen Masisir membudayakan penggunaan Bahasa Arab sebagai bahasa komunikasi lisan maupun tulisan dalam berbagai kegiatan untuk meningkatkan kualitas kemampuan berbahasa Arab.
10. PPMI dan seluruh komponen Masisir memberikan dukungan terhadap pengembangan dan peningkatan kuantitas maupun kualitas kelompok bimbingan belajar (misalnya dengan menerapkan sistem Quantum Learning), kelompok kajian/studi, lembaga karya/kreativitas, penerbitan karya tulis intelektual- akademik, dsb.
11. KBRI Kairo dan PPMI bekerjasama dengan pihak lain untuk memfasilitasi terselenggaranya kegiatan rutin yang memberikan wawasan kebangsaan, keislaman dan keagamaan, internasional, keilmuan, dan lain-lain.
12. KBRI Kairo bekerja sama dengan PPMI mengupayakan database yang valid tentang jumlah dan perkembangan studi mahasiswa setiap tahun berdasarkan laporan pendidikan yang didukung oleh data Fakultas terkait di Al Azhar (detail database tidak dibuka untuk publik, tapi cukup dipegang oleh pihak-pihak resmi yang berkepentingan) .
13. Seluruh elemen Masisir menumbuhkan rasa kebangsaan, persatuan dan kesatuan serta senasib sepenanggungan di antara kelompok mahasiswa melalui kerjasama atau penyelenggaraan bersama sebuah kegiatan terpadu.
14. KBRI Kairo, PPMI dan seluruh komponen mahasiswa Indonesia di Mesir menempuh langkah-langkah yang dapat menjadi solusi efektif bagi kasus-kasus kegagalan studi, misalnya dengan:


ü Kursus Bahasa Arab dan kursus materi dasar perkuliahan
ü Memberi motivasi mental dan spiritual
ü Memberi informasi dan alternatif untuk melanjutkan studi di tempat lain
ü Memberikan pertimbangan dan saran bahwa solusi terbaik adalah kembali ke tanah air


* SISTEM DAN KEBIJAKAN PENDUKUNG



1. Seluruh Masisir meningkatkan hubungan dengan instansi dan tenaga pengajar serta perangkat administrasi di kampus, sehingga mempermudah dan memperlancar proses perkuliahan.
2. KBRI memonitor jalannya mentoring/bimbingan mahasiswa, dan memberikan penghargaan & fasilitas tambahan bagi par pembimbing sebagai motivasi peningkatan bimbingan.
3. KBRI Kairo dan PPMI memfasilitasi proses pembentukan dan perumusan mekanisme kerja sebuah pusat penelitian dan pengembangan intelektual mahasiswa untuk memudahkan mahasiswa mengetahui kualifikasi keilmiannya, serta membekali dan melatih mahasiswa agar memiliki keterampilan intelektual yang mumpuni sekaligus seorang peneliti handal terutama dalam bidang sosial keagamaan (pebentukan lembaga ini melibatkan pihak-pihak yang berkompeten seperti Al-Muntada, ICMI, dan SENAT, serta dosen-dosen di kampus).
4. KBRI Kairo dan PPMI menyampaikan laporan berkala perkembangan studi mahasiswa kepada orang tua mahasiswa dan atau stakeholders terkait minimal satu tahun sekali.
5. PPMI dan seluruh komponen organisasi tidak melakukan kegiatan pada masa aktif kuliah. (monitoring)
6. KBRI Kairo dan PPMI memberikan informasi dan penyuluhan kesehatan serta mengupayakan pelayanan kesehatan bagi mahasiswa.
7. KBRI Kairo, PPMI dan seluruh komponen Masisir mencanangkan sebuah program "Back to Campus" atau program yang membangun motivasi untuk aktif menghadiri perkuliahan. Hal ini dapat dilakukan melalui penyebaran informasi secara berkala melalui berbagai sarana tentang himbauan hadir kuliah, perkembangan proses perkuliahan meliputi jadwal kuliah, diktat maupun ringkasan diktat, pengurusan administrasi, kuliah tambahan, pengaturan jadwal kegiatan, dan sebagainya.
8. KBRI Kairo, PPMI, dan Organisasi Kekeluargaan melakukan koordinasi dan bekerjasama dalam merumuskan pola terbaik untuk optimalisasi fungsi rumah daerah sebagai sarana pembinaan demi meningkatkan kapasitas keilmuan dan keterampilan mahasiswa.
9. KBRI Kairo berkoordinasi dengan pihak Al-Azhar dalam persoalan kebijakan-kebijakan Al-Azhar yang memerlukan peninjauan ulang, seperi sistem gugur di jenjang kelas S2.
10. KBRI membuka peluang beasiswa ke universitas- universitas selain Al-Azhar (semisal Cairo University, Liga Arab, Ain Syams dll), terutama untuk jenjang pasca sarjana.
11. PPMI menata ulang pengaturan aktivitas organisasi di Mesir serta meninjau kembali sistem organisasi PPMI saat ini yang masih berbentuk pemerintahan (SGS), dan bukan organisasi pengkaderan, karena sistem yang selama ini cukup mengurangi fokus dan konsentrasi studi.
12. Mempertimbangkan perlunya pendirian lembaga khusus di DEPAG/DIKNAS yang menangani, membantu, dan mengontrol, mahasiswa Timur Tengah (selama mas studi) dengan fasilitas dana khusus untuk itu, dengan syarat penambahan lembaga tersebut tidak semakin menambah birokrasi.



* FASILITAS FISIK DAN NON FISIK



1. KBRI memfasilitasi menyediaan beasiswa prestasi bagi mahasiswa-mahasiswa yang berprestasi, sesuai dengan nilai akademiknya di kampus, kecepatannya menyelesikan studi, dan tingkat kontribusinya dalam pembinaan yunior.
2. KBRI Kairo, PPMI, dan PMIK mendorong pemanfaatan perpustakaan Al-Azhar, dan menambah kuantitas literatur-literatur dan referensi akademik di Perpustakaan Mahasiswa Indonesia di Mesir (PMIK).
3. DPR RI, Depag RI, Depdiknas, dan Pemda-Pemda di seluruh Indonesia membuka peluang pengadaan dana tunjangan studi Masisir dari APBN dan APBD dengan pertanggungjawaban yang jelas dan transparan (sesuai dengan besarnya kuantitas mahasiswa di Mesir)
4. Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah mengupayakan kontribusi nyata khususnya terhadap Al-Azhar berupa pembangunan asrama mahasiswa yang dapat menampung lebih banyak mahasiswa Indonesia yang sedang studi di Universitas Al-Azhar (dengan menerapkan sistem seleksi penghuni berdasarkan prestasi). Asrama tersebut sepenuhnya akan berada dalam pengelolaan dan pengawasan Al-Azhar. Dengan adanya asrama yang memadai ini, diharapkan dapat membantu kesuksesan studi Masisir.



2. Masa Pasca Studi:


1) Para Sarjana Al-Azhar dan Perguruan tinggi lainnya di Mesir membentuk Himpunan Alumni sebagai wadah silaturahim nasional, serta sebagai jalur akses memperluas jaringan kerja bagi para alumni perguruan tinggi Mesir di Indonesia.
2) Lembaga Pemerintah, PPMI Mesir, dan Ikatan Alumni membangun network yang luas dan efektif sehingga para alumni Mesir mudah mendapatkan akses untuk mewujudkan pengabdian.
3) Lembaga Pemerintah, Alumni serta pemangku kepentingan (stake holders) menyediakan kebutuhan informasi studi lanjutan ke jenjang yang lebih tinggi sebanyak-banyaknya terutama lembaga studi yang menawarkan beasiswa. Mahasiswa/alumni didorong untuk memanfaatkan dan mengoptimalkan informasi yang tersedia, baik melalui informasi elektronik maupun media lainnya dan diharapkan aktif dalam membangun link khususnya melalui website PPMI Mesir.
4) KBRI Kairo dan PPMI serta stake holders lainnya menetapkan langkah-langkah yang mendorong dan memotivasi para sarjana untuk aktif menulis karya tulis dan mempublikasikannya dalam berbagai media.
5) KBRI Kairo dan Kedutaan Besar Mesir di Jakarta membentuk Lembaga Persahabatan Indonesia Mesir untuk membantu pelaksanaan pendidikan dan memberikan peluang-peluang bagi alumni.
6) KBRI dan PPMI mengadakan orientasi calon alumni Mesir tentang peluang kerja dan pengabdian serta kiat-kiat untuk mencapainya
7) Lembaga Pemerintah dan PPMI Mesir mengupayakan adanya bimbingan kewirausahaan dan memberikan peluang untuk para sarjana mengabdikan diri dalam berbagai bidang dan lapangan pekerjaan di tengah-tengan masyarakat.
8) Depdiknas dan Depag bersama DPR RI menyediakan anggaran untuk penyelenggaraan on arrival training melalui program pengembangan profesi bagi alumni yang baru pulang dari Mesir dalam berbagai bidang profesi.


E. RENCANA TINDAK LANJUT

Untuk menindaklanjuti butir-butir kesepakatan tersebut, para peserta Lokakarya telah bersepakat tentang perlunya pertemuan dan pembicaraan lanjutan di antara beberapa stakeholder terkait untuk merumuskan langkah teknis dan operasional dalam rangka mengimplementasikan hasil-hasil kesepakatan dalam Lokakarya ini. Rencana tindak lanjut ini berada di bawah koordinasi KBRI Kairo dengan melibatkan stakeholders terkait.

F. PENUTUP

Demikianlah laporan hasil Lokakarya Dukungan Terhadap Peningkatan Prestasi Mahasiswa Indonesia di Mesir disusun untuk dijadikan acuan oleh para stakeholder dalam mengambil kebijakan dan melaksanakan langkah-langkah tindaklanjut.

Cairo, 13 April 2008

*sumber: milis PMIK