Tuesday, October 03, 2006

Negeri ndal ndul

Barang kali ungkapan tersebut terdengar sangat Radikal di telinga kita. Ini merupakan sebuah pengalaman yang sangat sederhana sekali. Namun hal tersebut selalu terulang dan kerap kali menimpa diriku. Negeri yang serba tidak pasti. Awal mulanya seperti ini. Waktu itu Ahad, 1 Oktober 2006 jam 10 malam telpon rumahmu berdering. Aku paling sebel kalau ada telpon berdering. Gak tahu apa sebabnya. Ketika ada telpon berdering perasaanku selalu mengatakan bahwa akan ada orang yang nyuruh aku untuk begini atau begitu. Sebel banget deh. Untuk itu telpon rumah sering kucabut kabelnya kalau udah kelihatan malam. Biarin orang lain bingung nyariin orang rumah. Emang kelihatan sangat egois....! namun mo gimana lagi? Aku harus bersikap tegas menghadapi ini semua. Aku angkat telpon dengan penuh keterpaksaan. Paling-paling ada orang yang nyuruh aku bikin ini atau kumpulankan nama-nama ini. Wah, bosen aku. Seorang dengan nada bicara yang sangat lembut menyapaku dengan sopan. "Sehat ........ Ustadz?" Sebuah ungkapan yang lazim digunakan oleh mahasiswa Indonesia di Kairo. Emangnya gak ada ungkapan lain?" Sehat......!" Kataku. Ini bla bla bla. Dia mulai memperkenalkan dirinya. Aku mencoba tidak nggagas. Oh, ternyata kawan lama rupanya. Beliau merupakan teman ana di sebuah kepanitiaan yang diadakan MPA PPMI.

"Besok sore kita pinjem rumah antum untuk acara buka puasa anak2 panitia bla bla bla."
"Ya, silakan. Yang masak gimana ?"
"Yang masak rumah bawah, kok! Jadi antum siapin tempat aja! Masyi?"
"Ok"

Waktu itu aku gak ingat sama sekali kalau besok itu akan ada buka puasa temen-temen al-Izzah (kumpulan temen-temen yang berangkat ke Mesir lewat DEPAG). Aku mencoba mengkontak beliaunya kembali. Namun keberadaan beliau tidak bisa kami lacak. Ya udah, kalau begitu ambil konsekuensi acara bertabrakan aja. Biar orang-orang mo pergi kemana. Bodo amat. Emang gua pikirin. Aku mencoba mencari-cari, namun tak berhasil juga. Ah, ngantuk rasanya.

Esok harinya, seperti biasanya telpon mulai berdering kembali. Bosen tahu, tiap hari cuma denger dering telpon. "Ntar sore harap hadir di PCIM untuk buka puasa." Waduh........... berarti hari ini aku harus berbuka di tiga tempat dong!" Aku tambah pusing. Mana yang harus aku prioritaskan. Kalau aku gak hadir salah satu pastu jadi bahan omongan mereka. Bodo amat mereka mo ngomongin aku seperti apa.

Aku mencoba mengambil inisiatif buka puasa bareng temen-temen panitia di rumahku. Kan, gak enak! Masak buka puasa yang diadakan di rumah sendiri tidak lebih diprioritaskan. Rasanya aku mantap dengan keputusanlu itu. Aku gak akan dateng ke buka bersama yang diadakan PCIM maupu temen-temen al-Izzah. Biar mereka ngomongin aku seperti apa.

Wah, dah dhuhur! Jamaah ke Mesjid dulu ah! Setelah menyelesaikan Sholat, aku bertolak menuju KSW. Ngobrol-ngobrol ma temen-temen dulu, ah! Dari pada bengong di rumah!

Aku tunggu temen-temen sampai pukul 17.00 belum pada dateng juga. Wah, ada yang gak beres sepertinya. Jangan-jangan acaranya gak jadi. Aku mencoba mengkontak ke rumah bawah. Barang kali aja masih pada masak. Busyet,....... ternyata dari radi siang belum ada seorangpun yang memasak. Ini sebenarnya jadi atau gak acaranya. Aku sabarkan diri ini. Aku telah gak ikut dua acara penting gara-gara acara ini. Dasar gemblung kalau kalau acara buka puasa di rumahku gak jadi.

Azan magrib sebentar lagi akan dikumandangkan. Mana orang yang tadi malem menghubungiku. Kok belum dateng-dateng juga, ya! Tiba-tiba dari balik pintu dateng 3 orang yang wajahnya tidak asing lagi. Oh, ternyata si Supri, Alim, dan Ayub. Ternyata mereka juga termakan berita gombal.

Aduh, Azan dah berkumandang lagi. Aku ajak mereka bertiga ke mesjid terdekat untuk buka puasa bersama juga. Menunyapun gak kalah lezat dari yang ditawarkan rumah makan2 sekelas Al Bantany, Kafe Bismillah. Emang negeri ini serba tidak pasti. (M. Fuad Al Amin)

No comments: