Monday, April 28, 2008

Malam Jum'at Yang Serem

Sebentar lagi ujian termin dua segera dimulai. Blognya masih berisi seputar cerita lama dulu. Belum berani ngangkat tema-tema yang berat. Takut ganggu pikiran buat persiapan ujian. Apa lagi ini masih harus ada tugas hafal al-Qur’an Juz 1 sampe 6.

Jadi teringat kisah 6 tahun yang lalu. Di saat-saat yang sama, ketika aku hendak menghadapi ujian catur wulan III. Aku masih duduk di bangku kelas 1 Aliyah saat itu. Tinggal di asrama memang meninggalkan banyak kesan dan kenang-kenangan. Kamis, atau malem jum’at, tanggalnya aku lupa tahun 2002 di kamarku.

Besok pagi ujian mata pelajaran SKI (Sejarah Kebudayaan Islam) dan ,.... lupa. Malemnya seluruh siswa dengan tekunnya belajar di kamar masing-masing. Akupun juga begitu. Kamar “Imam Ahmad” memang banyak meninggalkan kenangan.

Jam belajar telah selesai. Tepat jam 21.00 pm. Televisi di asrama mulai dihidupkan kembali. Sebagai refresing untuk pikiran-pikiran kita yang penat mempersiapkan materi ujian besok. Cuman setengah jam memang, kesempatan yang diberikan untuk sekedar hiburan melihat tivi. Namun sunggu sangat berguna mencairkan otak-otak yang mulai membeku.

Jam untuk melihat TV telah habis. Semua kembali ke kamar masing-masing. Ada yang kembali melanjutkan belajarnya. Ada yang lebih memilih menemani ranjangnya yang mulai kesepian. Ada pula yang mencoba melewatkan waktu dengan bergurau. Memang asyik hidup bersama. Aku kembali ke kamar yang kebetulan terletak dipinggir ruangan televisi.

Buku-buku mulai kurapikan. Aku coba ganyang segelas kopi untuk mengusir kantukku. Duh,.. materi yang harus aku kuasai belum sepenuhnya selesai. Aku harus lembur malam ini. Paling gak, sampai jam 11-an. Memang sungguh capek. Besok musti bangun pagi-pagi untuk mengulang materi. Aku tengok sobat sekamarku si Luthfi telah asyik dengan guling dan spray hangatnya. Mungkin ia telah mencapai dunia maya dalam angannya. Di kamar itu, kami hidup bertiga, Aku, Luthfi, Misbah. Sungguh beruntung aku tinggal dengan the-bestnya anak-anak asrama. Paling tidak aku bisa mengambil semangat belajar mereka dalam diriku. Misbah kulihat sangat serius menimang-nimang bukunya. Begitu sayangnya hingga ia enggan untuk melepas. Dilantai ada 3 orang tetangga yang sedang main di kamarku. Mereka si Fadly, Mizan, Zamroni. Aku perhatikan mereka tengah asyik bergurau. Sebenarnya aku ingin ikut nimbrung dengan gurauan-gurauan mereka. Namun, aku tak kuasa menahan kantuk ini. Aku putuskan untuk segera tidur.

Mereka bertiga nampaknya menikmati dengan suasana seperti itu. Sampe tengah malam, mereka habiskan dengan berkelakar. Membicarakan sesuatu hal yang mungkin kurang penting. Bahkan tidak keluar dalam ujian besok. Tapi, it’s ok. Aku yakin mereka sudah siap kok buat ujian besok.

Malam semakin gelap. Kamarku mulai menghangat dengan isi gurauan yang mereka buat. Sesekali aku terbangun dari tidurku. Sungguh amat berisik. Tapi tak mengapa lah. Aku coba baringkan kembali ruhku yang sempat terusik oleh mereka.

Pukul 01.30 am. si Misbah terbangun dari tidurnya. Barangkali karena terganggu oleh gaduhnya suara mereka. Ia terlihat mengigau dengan mengucapkan kata-kata yang tak karuan sambil menunjuk sesuatu dipojok atas kamar. Melihat seperti itu, 3 orang tersebut nampaknya hendak mengerjai si Misbah. Mereka beranggapan kalau orang yang ngglindur (mengigau) biasanya mengatakan beberapa rahasia hidupnya. Sederet pertanyaan-pertanyaan anehpun segera muncul dibenak diri mereka. Dari pertanyaan seputar siapa pacar kamu hingga nama kitab yang biasa dibaca. Misbahpun menjawab sekenanya. Tiba-tiba mereka bertiga tertawa terbahak-bahak mendengan jawaban dari Misbah. Seolah tak percaya dengan jawaban tersebut. Seisi kamar kembali menghangat dengan guraun mereka. Tiba-tiba pintu kamar digedor dengan kerasnya. Tak tahu siapa orang yang usil malem-malem mengetok pintu. Selang beberapa detik kemudian muncullah suara tangis dari sisi luar pintu. Terdengar suara tangis seorang perempuan. Bulu kuduk kamipun berdiri, takut kalau yang berada di luar ternyata bukanlah dari bangsa manusia. Dengan kerasnya tangis tersebut tentunya seisi asrama mendengarnya. Tangisnya tak henti-henti. Seisi kamar terbangun. Hanya Luthfi yang masih akrab dengan bantal gulingnya. Kamipun segera berdzikir sembari beristiqfar guna mengusir takut di hati.

Paginya, kami menceritakan kejadian tentang perihal semalam. Tentang suara tangis perempuan di sisi luar pintu kamar kami. Seluruh teman merasa tidak mendengarnya. Bahkan teman yang kebetulan terbangun pada jam tersebutpun tidak mendengar suara tangis perempuan tersebut. Mereka hanya mendengar suara teriakan kita yang menjerit ketakutan. Tangis tersebut asalnya dari mana ya?

No comments: